Sunday 29 December 2013

Hasil Pemira PKS

Jakarta - Hidayat Nur Wahid ternyata masih cukup berpengaruh di internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dalam Pemilihan Raya (Pemira) internal yang digelar PKS, Hidayat meraih suara terbanyak.

"Pemira diadakan pada tanggal 29-30 November. Dari 22 nama yang kita calonkan ada lima terbesar. Pak Hidayat Nur Wahid ada di posisi pertama," ujar Sekjen PKS Taufiq Ridho di kantor DPP PKS, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Minggu (29/12/2013).

Hidayat berhasil mengumpulkan 18 persen suara dari kader PKS. Dia unggul di 14 provinsi.

Sejarah Panjang Fitnah terhadap PKS

Foto: Rabu, 24 April 2013

Sejarah Panjang Fitnah terhadap PKS

Kalau mau jujur, sepanjang usia PKS ikut di kancah politik pada 1999 sudah lima kali mendapat fitnah besar. Namun tak satupun fitnah besar itu diiringi bukti, kecuali hanya upaya membangun citra negatif.

Hasilnya, ranking PKS terus melesat dari peringkat 16 pada 1999, naik ke ranking ke-7 pada 2004 dan melesat ke ranking ke-4 pada 2009. Artinya, fitnah yang gencar dilakukan orang-orang yang tak suka partai Islam berjaya berbanding terbalik dengan naiknya dukungan terhadap partai Islam ini.

Kelima isu pertama sudah nyata-nyata tak terbukti, bahkan ada yang lewat pengadilan dan berujung bebas murni. Apa saja fitnah-fitnah besar itu?

Pertama, pada tahun 2000 Hidayat Nur Wahid (HNW) lewat Yayasan Haramainnya sempat dituding teroris, karena dikaitkan dengan Al Qaeda. Bahkan Dubes AS waktu itu Lin Pasque mengonfirmasi langsung, tapi semua tak terbukti.

Karena Yayasan Haramain HNW tak ada hubungan dengan gerakan Al Haramain di Saudi yang memang terkait dengan Al Qaeda. Malahan Lin Pasque mengapresiasi HNW dan PKS.

Kedua, Soeripto saat jadi Sekjen Dephut dituding melakukan mark up pembelian helikopter untuk mengatasi kebakaran hutan.

Setelah melewati sidang yang lama dan melelahkan, hasilnya tidak terbukti dan bebas murni.

Ketiga, Wakil Bupati Bogor Ahmad Ru'yat dituding menggunakan dana APBD. Diproses sidang sebagai terdakwa, bahkan sempat disel, ternyata di pengadilan keluar putusan inkrah bebas murni.

Keempat, Akhmad Misbakhun dituding Andi Arief melakukan ekspor fiktif lewat LC fiktif. Setelah jadi terdakwa, dipenjara, proses hukum tertinggi, MA, mengetuk palu bebas murni.

Kelima, Tamsil Linrung dan Anis Matta ditengarai sebagai bandit anggaran. Proses hukum ternyata hanya memenjara Waode Nurhayati dari PAN yang acting maling teriak maling.

Dari kelima fitnah besar yang disetting dan diatur sedemikian rupa bukannya menjatuhkan dukungan terhadap PKS, sebagaimana mimpi dan mantra-mantra pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, malah meningkatkan elektabilitas PKS. Tahun 2014 target PKS naik kelas dari ranking 4 ke ranking 3. Insya Allah...

Adapun isu suap yang menimpa Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq(LHI) buat kader hanyalah guyonan belaka. Seorang ustad dituding 'akan' menerima suap plus ada ABG mahasiwi pula, sebuah fitnah yang tak masuk akal.

Masih segar dalam ingatan ketika Ketua umum PAN Amien Rais difitnah menghamili Zarima saat nyapres. Tentu fitnah itu tak akan terbukti, tapi itu perlu dipublikasi untuk menurunkan elektabilitas beliau ketika nyapres.

Karena itu, langkah KPK menetapkan LHI sebagai tersangka hanyalah acting jelang Pemilu 2014. Maklum, hasil review ICW terakhir menyebutkan, hanya kader PKS dan Hanura yang tak terlibat korupsi.

Jadi ini bukan yang pertama Presiden PKS difitnah. Saat HNW jadi Presiden PKS sudah difitnah terlibat teroris.

5 Kejanggalan Kriminalisasi LHI oleh KPK
Tuduhan yang menerpa Luthfi Hasan Ishaaq, anggota Komisi I DPR, dinilai berbagai kalangan sangat janggal. Tak pelak hal ini dianggap sebagai kriminalisasi LHI untuk tujuan tertentu.

Kejanggalan pertama, yaitu ketika awal berita penangkapan muncul isu di berbagai media bahwa yang ikut ditangkap adalah supir Menteri Pertanian, Suswono. Ternyata bukan dan tidak ada hubungan sedikit pun dgn pejabat-pejabat PKS.

Kejanggalan kedua, informasi setelah penangkapan yang mau disuap adalah anggota komisi IV DPR dari PKS. Lalu ternyata sekarang menjadi Luthfi Hasan Ishaaq yang merupakan anggota Komisi I DPR. Komisi I adalah komisi yang membidangi Pertahanan, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi dan Informatika. Bukan urusan pangan.

Kejanggalan ketiga, jika berkaitan dengan daging impor, dan tudingannya diarahkan bahwa LHI bisa mengatur Mentan yang notabene kader PKS, jelas salah alamat. Pasalnya Mentan tidak mengatur impor daging. Quota impor daging yang mengatur adalah Kementerian Perdagangan. Apakah LHI bisa mengatur Menperindag yang notabene orangnya SBY?

Kejanggalan keempat, disebutkan bahwa ada upaya penyuapan. Padahal LHI tidak menerima uang tersebut. Hanya disebutkan bahwa uang itu baru akan diberikan untuk LHI. Apakah adil orang yang berupaya mau disuap dijadikan tersangka? Padahal dia bisa jadi tidak tahu ada upaya itu. Dan apalagi tidak menerima uang tersebut.

Kejanggalan kelima, penetapan tersangka kepada LHI oleh KPK tanpa didahului oleh pemeriksaan. KPK memang bisa langsung menetapkan tersangka terhadap seseorang yang tertangkap basah melakukan transaksi korupsi, namun LHI tidak ada dalam penggrebekan yang dilakukan KPK itu. Lalu mengapa tiba-tiba LHI –kurang dari 12 jam– langsung ditetapkan menjadi tersangka tanpa ada pemeriksaan sebelumnya? Berbeda dengan kasus-kasus lain yang bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Islam vs Sekuler
Orang-orang sekuler dan liberal sejak dulu mau menjauhkan Indonesia dari Islam. Semua partai dan kekuatan Islam dijegal dan dibonsai agar tidak bisa menjadi besar.

Mereka telah meletakkan Islam di bawah ketiak mereka. Mereka telah melakukan serangan frontal.

Tokoh pers sekaliber Gunawan Muhammad saat menerima award dari Kurtwaldheim University dalam orasi ilmiahnya menyatakan, "Mari kita bangun Indonesia tanpa melibatkan Tuhan."

Sangat tegas antipati mereka yang anti Tuhan, sekuler dan liberal, tak menghendaki hadirnya Tuhan, mereka yang menyembah Tuhan dan partai yang berorientasi pada Tuhan, untuk ikut membangun Indonesia yang mayoritas dihuni oleh mereka yang percaya pada Tuhan.

Okelah kalau mereka mengajak perang besar. Mereka jual, kita beli. Islam harus tegak di bumi Nusantara.

Islam harus jadi Rahmat bagi Indonesia. Karena hanya Islam yang dapat menyejahterakan rakyat yang mayoritas umat Islam, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak (hari yang kekal dan tidak ada ujungnya).

Merdeka!!
Allahu Akbar
Wa Lillah ilhamd!!!

Wallahu'alam bish showab []Kalau mau jujur, sepanjang usia PKS ikut di kancah politik pada 1999 sudah lima kali mendapat fitnah besar. Namun tak satupun fitnah besar itu diiringi bukti, kecuali hanya upaya membangun citra negatif.

Hasilnya, ranking PKS terus melesat dari peringkat 16 pada 1999, naik ke ranking ke-7 pada 2004 dan melesat ke ranking ke-4 pada 2009. Artinya, fitnah yang gencar dilakukan orang-orang yang tak suka partai Islam berjaya berbanding terbalik dengan naiknya dukungan terhadap partai Islam ini.

Kelima isu pertama sudah nyata-nyata tak terbukti, bahkan ada yang lewat pengadilan dan berujung bebas murni. Apa saja fitnah-fitnah besar itu?

Pertama, pada tahun 2000 Hidayat Nur Wahid (HNW) lewat Yayasan Haramainnya sempat dituding teroris, karena dikaitkan dengan Al Qaeda. Bahkan Dubes AS waktu itu Lin Pasque mengonfirmasi langsung, tapi semua tak terbukti.

Saturday 28 December 2013

One Day One Juz

Islamedia - Sebenarnya saya awalnya sudah mengetahui adanya ODOJ namun hati masih enggan untuk bergabung, selain juga karena pendaftaran grup hanya melalui whatsapp. Rasa enggan tersebut sebenarnya merupakan pikiran su'udzan saya sendiri yang beranggapan bahwa buat apa melaporkan kalau sudah selesai membaca 1 juz, bukankah lebih baik ibadah itu antara kita dan Allah saja?

Pada suatu saat saya membaca testimoni seorang member ODOJ via islamedia dan saya iseng mendaftar walau hati masih tidak terlalu mantaap untuk ikut, selama 1 minggu menunggu via sms  tidak ada balasan sama sekali.

Ada apa dengan ABRAHAM SAMAD?

Foto: Apa yang terjadi pada Abraham Samad?

Amran Nasution

Pernyataan Ketua KPK Abraham Samad dibantah Yulianis dengan sengit. Tapi mengapa Ketua KPK memberikan pernyataan ‘’bohong’’ seperti itu?
 
Ratu Atut Chosiyah, 51 tahun, merupakan wanita pertama menjadi gubernur di Indonesia. Tapi Atut pula gubernur wanita pertama yang masuk sel KPK untuk perkara korupsi. Jumat, 20 Desember yang lalu, KPK memutuskan untuk menangkap dan menahan Ratu Atut Chosiyah, salah satu Bendahara DPP Golkar, setelah sebelumnya KPK menetapkannya sebagai tersangka.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tampak memang sudah lama ‘’membidik’’ Atut. Betapa tidak? Atut memenuhi ‘’syarat’’ KPK untuk dijadikan tersangka. Dia cantik, terkenal, kaya, suka barang-barang perhiasan mahal, dan tentu saja punya kasus -- tapi kalau mau jujur gubernur manakah di negara Indonesia yang kacau-balau ini yang tak punya kasus?

Maka begitu Atut dinyatakan KPK ditahan, beritanya pun meledak di semua televisi dan media ‘’online’’. Publikasi seperti itulah yang selalu menjadi target KPK. Dengan demikian, di mata rakyat KPK seolah-oleh telah bekerja memberantas korupsi di Indonesia. Apalagi Atut adalah kakak ipar Airin Rachmi Diany, Walik Kta Tangerang Selatan, bekas Putri Indonesia yang teramat cantik.

Suatu waktu diduga Airin yang sekarang masih berstatus saksi akan ditangkap dan ditahan juga. Wawan, suami Airin, telah lebih dulu menghuni sel KPK karena terlibat perkara Akil Muchtar, bekas Ketua Mahkamah Konstitusi.

Sejak KPK memeriksa Gubernur Atut beberapa waktu lalu, para wartawan pun seperti biasa sudah mendapat bocoran dari ‘’oknum-oknum’’ KPK tentang perilaku Atut yang suka perhiasan mahal, suka belanja ke luar negeri, dan berbagai perilaku lainnya yang membuat rakyat marah. Setelah itu barulah klimaksnya tercapai: Atut yang sudah ‘’jelek’’ di mata rakyat lantas ditangkap.

Padahal semua data yang ada memperlihatkan bahwa korupsi di Indonesia tak pernah berkurang, walau pun KPK telah lebih 10 tahun berdiri. Jadi kalau mau jujur keberadaan KPK sebenarnya sia-sia, hanya menghabiskan anggaran negara sementara peringkat korupsi Indonesia tetap saja tinggi.

Silahkan periksa website badan anti-korupsi terkemuka dunia, seperti Trasparency International yang bermarkas di Berlin, Jerman. Di situ akan ketahuan bahwa meski sudah 10 tahun KPK eksis – dengan gaji besar dan fasilitas memadai --  korupsi di Indonesia tetap tak berkurang secara signifikan. Indonesia tetap saja menduduki peringkat bawah sebagai salah satu negara paling korup di dunia.

Tapi untuk sebagian masyarakat – terutama LSM semacam ICW dan YLBHI  – KPK dipuja-puji bak pahlawan. KPK itu hebat, tak pernah salah, dan para pejabatnya adalah orang jujur yang betul-betul anti-korupsi. Abraham Samad, Ketua KPK, yang sebelumnya cuma pengacara dan aktivis LSM lokal di Makasar, kini mendadak muncul sebagai orang penting dan selebritis baru yang semua tingkah-polahnya tak pernah luput dari media.

Padahal semua orang tahu KPK selalu tebang-pilih untuk menangani kasus korupsi.  Sampai sekarang, misalnya, kasus Ade Raharja, salah satu mantan pejabat penting KPK,  tetap gelap-gulita karena ditutup rapat KPK. Menurut ceritanya bekas Kepala Penyidikan KPK (kini sudah pensiun) itu menerima Rp 2 milyar dari Mahfud Suroso, petinggi PT Adhi Karya, untuk mengamankan perkara Hambalang.

Untuk itu Ade pun sudah pernah diperiksa KPK tapi perkaranya ditutup rapat oleh KPK agar jangan bocor dan jadi santapan media. Kemudian perkara itu diperti-eskan KPK, tanpa pernah sampai ke pengadilan. Soalnya gampang ditebak: Kalau Ade Raharja dibawa ke pengadilan dia akan bongkar semua ‘’kebobrokan’’ lembaga itu, yang pasti diketahuinya sebagai seorang pejabat yang mengepalai penyidikan di KPK.

Dalam periode KPK sebelumnya dua Wakil Ketua KPK yaitu Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah sempat ditangkap polisi karena menerima ‘’suap’’ dari pengusaha Anggoro Widjojo, pemilik PT Masaro dan Joko Chandra, pemilik PT Era Giat Prima. Hanya karena campur tangan Presiden SBY, perkara kedua pejabat penting KPK itu tak jadi dibawa ke pengadilan. Keduanya pun dibebaskan dari sel polisi.

Itulah mungkin yang menyebabkan kasus korupsi Hambalang bertahun-tahun timbul-tenggelam di tangan KPK. Anas Urbaningrum, misalnya, sudah lebih setahun dinyatakan sebagai tersangka, tapi sampai sekarang perkaranya belum pernah diadili. Anas seperti disandera KPK untuk jangan ribut-ribut dan mengganggu ‘’ketentraman’’ Presiden SBY.

Ketua KPK Abraham Samad malah seakan menjadi Humas keluarga SBY, ketika di suatu sidang pengadilan tindak pidana korupsi terungkap dari keterangan saksi bahwa dana proyek Hambalang sebesar 200.000 dollar (sekitar Rp 2,4 milyar) telah diserahkan kepada putra kandung Presiden SBY, Ibas alias Edhie Bhaskoro Yudhoyono.
 
TERPAKSA NAMA IBAS SAYA SEBUTKAN

Sampai sekarang sekali pun Ibas memang belum pernah dipanggil KPK. Abraham Samad mencoba menutupi peristiwa itu dengan mengatakan secara terbuka bahwa tak ada kesaksian Yulianis dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang mengungkap tentang dana 200.000 dollar yang diberikan kepada Ibas.

Akibat pernyataan Abraham Samad itu,  Yulianis, mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai (milik Nazaruddin, bekas Bendahara Partai Demokrat, yang kini di penjara), terpaksa datang ke kantor KPK di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 18 Desember lalu. Wanita ini sengaja mengklarifikasi keterangan ‘’Asbun’’ (asal bunyi) Abraham Samad.

Menurut Yulianis, dia sudah menjelaskan dana 200.000 dollar yang diserahkannya kepada Ibas, ketika diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan penerimaan gratifikasi proyek Hambalang yang melibatkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Kata Yulianis, nama Ibas disebutnya saat penyidik mencecarnya soal penyelenggaraan kongres Partai Demokrat 2010.

"Kebetulan saya ditanya masalah kongres, ya terpaksa nama Ibas saya sebutkan,” kata Yulianis di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (18/12/2013).

Selain itu Yulianis punya catatan keuangan Grup Permai yang mencantumkan  tentang aliran dana 200.000 dollar AS ke Ibas. Kepada wartawan di gedung KPK, Yulianis menyebut uang 200.000 dollar AS itu berasal dari proyek Grup Permai yang bermasalah.  “Pasti bermasalah. Kan semua proyek, semua uang Grup Permai itu bermasalah karena itu proyek yang sedang disidik penegak hukum,” ujarnya.

Untuk menanggapi pernyataan Abraham, Yulianis mengaku telah menyampaikan surat resmi yang ditujukan kepada pimpinan KPK. Melalui surat itu, mantan anak buah Muhammad Nazaruddin ini meminta Abraham mengklarifikasi pernyataannya melalui media.

“Akan lebih elok Bapak mengklarifikasi pernyataan Bapak kepada media, karena ini menyangkut masalah integritas Bapak sebagai pimpinan KPK dan saya juga tak akan tinggal diam membela integritas saya sebagai manusia,” kata Yulianis dalam suratnya untuk Abraham yang salinannya dibagi-bagikan kepada media di Gedung KPK.

“Saat persidangan saya menyebut semua orang yang berhubungan dengan kasus Nazarudin, bukan hanya Ibas, tapi banyak orang. Tapi apa yang saya sampaikan di persidangan adalah suatu fakta tanpa rekayasa, tanpa titipan. Kesaksian saya adalah kesaksian seorang warga negara biasa tanpa kepentingan apa pun. Tak sepeser pun negara atau siapa pun membayar saya,” tulis Yulianis dalam suratnya ke KPK.

Seperti diketahui Abraham Samad mengungkapkan bahwa KPK belum memanggil Ibas untuk diperiksa dalam kasus Hambalang karena belum ditemukan cukup bukti mengenai keterlibatan Ibas yang perlu diklarifikasikan kepada yang bersangkutan. Keterangan yang disampaikan Yulianis terkait Ibas, menurut Abraham, hanya dilontarkan dalam persidangan, dan tak pernah secara resmi dikatakan kepada penyidik KPK untuk dimasukkan dalam berita acara pemeriksaan (BAP).

"Yulianis ini aneh, di BAP, dia tak pernah bilang orang ini (Ibas), tapi di luar persidangan, dia sebutkan," kata Abraham 12 Desember lalu.  Abraham juga menegaskan, meski pun nantinya Yulianis telah mengatakan keterlibatan Ibas dalam BAP, KPK belum dapat memanggil Ibas. Pemanggilan itu harus didukung dua alat bukti, atau keterangan lain untuk memperkuat pernyataan Yulianis. Dengan pernyataannya ini Abraham Samad tampak lebih tepat menjadi pengacara Ibas dari pada seorang Ketua KPK. [suara-islam]
Apa yang terjadi pada Abraham Samad?

Amran Nasution

Pernyataan Ketua KPK Abraham Samad dibantah Yulianis dengan sengit. Tapi mengapa Ketua KPK memberikan pernyataan ‘’bohong’’ seperti itu?

Ratu Atut Chosiyah, 51 tahun, merupakan wanita pertama menjadi gubernur di Indonesia. Tapi Atut pula gubernur wanita pertama yang masuk sel KPK untuk perkara korupsi. Jumat, 20 Desember yang lalu, KPK memutuskan untuk menangkap dan menahan Ratu Atut Chosiyah, salah satu Bendahara DPP Golkar, setelah sebelumnya KPK menetapkannya sebagai tersangka.

Indonesia Berhutang pada Ulama & Pesantren

Foto: Presiden Anis Matta: Indonesia Berhutang Besar pada Ulama dan Pesantren 

Silaturahim Anis Matta ke kalangan pesantren nahdliyin di Jatim disambut hangat para kyai. KH Kafabihi Machrus, salah seorang pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri mendorong dan mendoakan Anis Matta menjadi presiden. “Ketika yang tua sudah tidak dipercaya, saatnya yang muda tampil”, ujarnya saat memberikan sambutan pada acara dialog kebangsaan di Aula Muktamar Lirboyo, Minggu 22/12.

Dialog yang mengambil tema Dari Pesantren untuk Bangsa ini dihadiri juga oleh Wagub Jatim H. Syaifullah Yusuf dan Syuriah PWNU Jatim, KH Anwar Iskandar. Bagi Anis Matta, ini panggung kedua setelah Sabtu kemarin, 21/12, berdialog dengan kyai dan santri di Pesantren Mambaush Sholihin, Gresik.

Anis Matta yang seperti biasanya tampil segar dan kaya gagasan, menyebut pesantren punya peran sangat besar ketika perjuangan kemerdekaan. “Indonesia berhutang besar pada ulama dan pesantren”, katanya.

Lebih lanjut, Anis Matta berharap ke depan pesantren mampu melahirkan pemimpin negeri ini. “Disiplin belajar di pesantren akrab dengan penderitaan yang disengaja untuk menempa para santri. Kultur pesantren juga sangat egaliter”, ungkapnya.

Kultur egaliter ini juga dibahas oleh Gus Ipul,  yang tampil penuh canda di hadapan ratusan santri dan tokoh masyarakat Kediri. Menurut Wagub Jatim ini, Indonesia dulu sempat mengalami perdebatan tentang bentuk negara, apakah menjadi negara agama atau atau negara kebangsaan, pada akhirnya menyepakati untuk menjadi negara bangsa.

Sementara  KH Anwar Iskandar lebih menyoroti perlunya dibangun silaturahim lebih intensif di kalangan partai Islam juga dengan ormas seperti NU. “Diperlukan kebersamaan partai Islam dan NU”, ungkapnya. Secara khusus, A’wan syuriah PWNU Jatim ini juga mengajak PKS untuk lebih dekat dengan NU. “Sudah waktunya PKS tidak mengambil jarak dengan tradisi NU”, nasehatnya.

*reporter: @baihaqibaikhataiPresiden Anis Matta: Indonesia Berhutang Besar pada Ulama dan Pesantren

Silaturahim Anis Matta ke kalangan pesantren nahdliyin di Jatim disambut hangat para kyai. KH Kafabihi Machrus, salah seorang pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri mendorong dan mendoakan Anis Matta menjadi presiden. “Ketika yang tua sudah tidak dipercaya, saatnya yang muda tampil”, ujarnya saat memberikan sambutan pada acara dialog kebangsaan di Aula Muktamar Lirboyo, Minggu 22/12.

Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Melayani

By: Nandang Burhanudin
****

Sejauh pengamatan saya tentang PKS dan kader-kadernya, di level terbawah hingga teratas akan menemukan fenomena yang susah ditemukan di ormas atau parpol lainnya. Terlepas dari sisi kemanusiaan, tak ada manusia sempurna. Ada yang memang bermasalah baik yang berhubungan dengan materi (uang), bisnis, amanah, hingga masalah berkaitan dengan wanita. Namun yang tidak akan ditemukan di tempat lain adalah, loyalitas kadernya yang menurut sebagian orang cenderung "keder".

Loyalitas kader ini yang membuat tak sedikit pengamat yang terpeleset memprediksi masa depan PKS. Pakar sekaliber Prof. Tjipta Lesmana saja, beberapa kali "tak tepat" membaca hiruk pikuk PKS.

Dimanapun bencananya PKS selalu hadir

Di Banjir Kencong Jember Juga Ditemui Relawan PKS yang Membantu Warga

Sudah sejak Senin, saya mengajak suami untuk mengunjungi lokasi banjir Paseban di Kencong (Jember, Jawa Timur). Tapi, suami menolak karena jadwalnya sangat penuh di kampus. Sampai di rumah selalu jelang Maghrib. Lalu mandi, sholat, dan kemudian praktek karena pasien sudah mengantri sejak pukul 4 sore. Makan siang dan malam selalu digabung di malam hari usai semua pasien pulang. Tak ada waktu istirahat selain tidur sekitar jam 11 malam hingga jelang Subuh. Itu rutinitas harian yang sulit saya sela bila agenda suami benar-benar tak ada kosongnya.

Alhamdulillah, Rabu kemarin adalah tanggal merah (25/12). Malam sebelumnya, suami sudah menjanjikan pada saya bahwa esoknya kami akan mengunjungi lokasi banjir. Rencana awal, kami akan berangkat sekitar pukul 8 pagi. Namun karena pagi hujan deras sejak Subuh tanpa henti, suami meminta saya untuk bersabar menunggu hujan reda untuk bepergian. Hujan di Jember biasanya berlangsung di atas Dhuhur atau Ashar. Tapi pagi kemarin memang diluar kebiasaan. Saya membayangkan, banjir yang belum surut hingga sore sebelumnya, tentu akan kembali meninggi pagi kemarin di lokasi banjir.

Taujih Ust. Abu Ridho

Foto: Taujih Ustadz Abu Ridho: Peta Menuju Kemenangan 

    “Setiap tujuan mempunyai satu proses yang khas,” demikian salah satu isi taujih yang disampaikan Ustadz Abu Ridho.

Ini berarti, tidak pernah ada sebuah kemenangan yang diperoleh tanpa kekuatan tekad, kesungguhan dan sandaran yang benar. Nasehat tersebut beliau sampaikan dalam acara Tasqif Pemenangan yang diadakan DPC PKS Pulogadung, Jakarta Timur, 25 Desember kemarin.

Lantas, bagaimanakah proses yang harus kita lalui untuk kemenangan dakwah? Titik-titik apa sajakah yang perlu kita perhatikan, dan bagaimana peta perjalanan menuju kemenangan itu? Berikut ini catatan singkat saya atas uraian tentang komponen proses menuju kemenangan yang disampaikan salah satu deklarator PKS bernama lengkap Abdi Sumaithi ini.

Untuk mencapai kemenangan, secara garis besar ada dua komponen utama yang sangat menentukan, yaitu bidayatul ‘amal dan khawatimul ‘amal. 

Bidayatul ‘Amal

Bidayatul ‘amal itu di dalamnya terkandung “azam” atau tekad. Untuk mencapai tujuan, setiap individu maupun organisasi harus mempunyai tekad, juga niat. Tekad dan niat  harus kuat. Jika tekad dan niat kita lemah, seluruh proses selanjutnya juga akan lemah.

Itulah sebabnya, kata Rosululloh SAW, Innamal a’malu binniyah. Segala sesuatu tergantung kepada niatnya. 

Di dalam konteks politik (amal siyasi), azam dan niat tersebut dapat terwujud dan menghantarkan kita kepada tujuan yang ingin kita capai jika terdapat tiga faktor penting di dalamnya. Ketiga faktor tersebut adalah:

Pertama, moralitas yang kuat; setiap orang diantara kita harus teguh, memiliki motivasi yang kuat, sabar, tahan banting, dan tidak mudah menyerah. Kedua, kepemimpinan yang  bijak. Kepemimpinan ini sangat penting dalam menggerakkan organisasi. Ketiga, struktur yang solid. Ini mengingatkan kita untuk tidak saling gontok-gontokan di dalam struktur, harus kompak dan kokoh.

Meskipun masuk ke dalam ranah politik, kita harus mengingat bahwa upaya mencapai tujuan ini tetap ada dalam bingkai “gerakan dakwah”. Karena itu, jangan dilupakan tentang pentingnya unsur Allah. Kedekatan dengan Allah itu justru akan sangat menentukan. Sebab, kemenangan yang kita idam-idamkan itu asalnya pun dari Allah.

Kedekatan dengan Allah itu juga berarti bahwa kita jangan sampai melakukan kemaksiatan. Memang ada kemungkinan kemenangan diberikan kepada mereka yang melakukan kemaksiatan. Kemenangan seperti ini sebetulnya bukan kemenangan sejati, melainkan istidroj. Allah menunda siksanya, untuk suatu saat diberikan hukuman yang jauh lebih berat. Diangkat dulu, baru kemudian diterbalikkan. Agar kemenangan kita bukan istidroj, kita harus berserah diri. Bertawakkal kepada Allah SWT.

Selanjutnya, ketika ketiga faktor tadi sudah terdapat dalam gerakan politik yang kita lakukan, maka akan lahirlah gerakan politik yang memiliki nilai-nilai jihadiyah, itqon dan tawakkal. Sebuah gerakan yang sejak jaman dahulu telah melahirkan banyak kemenangan.

Meskipun demikian, bukan berarti bahwa gerakan politik yang telah memiliki ketiga faktor tadi akan menjamin tercapainya tujuan yang kita cita-citakan. Masih diperlukan faktor-faktor penguat lagi. Faktor pengugat tersebut adalah: istiqomah, istimroriyah, himmah dan jiddiyah.

Istiqomah itu konsisten. Dari keisqomahan atau konsistensi tersebut akan melahirkan faktor penguat yang kedua, yaitu “istimroriyah” atau keberlanjutan. Artinya, usaha-usaha dan kerja-kerja dakwah tersebut bukan hanya kerja satu atau dua kali, tetapi dilakukan secara terus menerus. Tidak hanya pada saat pemilu saja, melainkan sepanjang waktu.

Selain istiqomah dan istimroriyah, juga perlu adanya himmah. Dengan himmah kita tidak akan menentapkan target yang standar atau yang biasa-biasa saja. Tetapi, target-target yang menantang. Target yang tidak alakadarnya akan mempengaruhi seberapa kuat kesungguhan (jiddiyah, faktor keempat) kita dalam mengejar cita-cita tersebut.

Demikianlah proses dan titik-titik dari azam hingga lahirnya sebuah gerakan yang mempunyai nilai-nilai jihadiyah,itqon dan tawakkal kepada Allah SWT.

Khawatimul ‘Amal

Kepada siapa kita arahkan kerja-kerja dakwah yang dilandasi seluruh faktor di atas tadi? Jawabannya tentu saja dua: yaitu kepada mereka-mereka yang ada di dalam (internal) dan yang di keluar (eksternal). Karena itulah, di dalam proses menuju kemenangan, yang juga harus dilakukan selanjutnya adalah konsolidasi dan ekspansi.

Di tahap konsolidasi, yang harus dikonsolidasi adalah opini dan psikologi seluruh kader. Harus ada keseragaman terlebih dahulu di kalangan kader. Konsolidasi dan keseragaman ini sangat penting sebelum melakukan konsolidasi tahap berikutnya, yaitu konsolidasi gerakan.

Sama seperti di tahap bidayatul ‘amal, di tahap konsolidasi ini pun karakter dakwah yang mendasari seluruh gerakan kepada hanya Allah tetap harus menonjol. Maka, yang dikonsolidasi bukan hanya manusia dan lingkungan, jiwa dan raga kita juga harus dikonsolidasi kembali dan didekatkan lagi kepada Allah. Ini karakter dakwah, sehingga gerakan yang kita lakukan tetap menunjukkan bahwa yang kita cari adalah ridho Allah.

Dengan mendekatkan diri kepada Allah ini, insyaAllah yang akan mendapatkan ta’yidulloh atau dukungan Allah SWT.

Begitu juga dukungan publik, insyaAllah akan kita dapatkan pula. Syaratnya, kita melakukan langkah-langkah yang kita sebut dengan langkah ekspansif.

Jadi, bukan hanya mengarahkan kerja-kerja dakwah dalam bentuk penyebaran opini, gagasan, psikologi maupun gerakan ke kalangan internal, melainkan juga ke eksternal, ke masyarakat umum dan lingkaran yang lebih luas lagi.

Sampai di sini, kerja-kerja dakwah menuju kemenangan hampir sempurna. Meskipun demikian, kita tidak boleh melupakan masa-masa yang disebut dengan “masa kritis”, yaitu masa di mana serangan-serangan mungkin menghantam perjalanan kita menuju kemenangan.

Mulai dari munculnya badai krisis, saat meningkat maupun mereda, yang harus kita lakukan adalah tetap tegar, sabar, dan waspada. Jangan lengah karena mungkin saja saat mereda, muncul lagi badai-badai lain yang lebih besar.

Selanjutnya adalah tahap yang disebut khawatimul a’mal. Di sinilah kita diuji untuk menuntaskan seluruh proses dari awal hingga akhir dengan baik. Kerja-kerja yang kita lakukan harus tetap kita tujukan untuk mencapai cita-cita yang kita rancang sejak awal.

Manakala seluruh proses itu kita lewati, dan kita bisa finishing seluruh proses dengan benar dan tetap sesuai dengan tujuan awal, di titik inilah kita sampai pada kemenangan, yaitu sukses mencapai cita-cita politik kita.

Inilah peta menuju kemenangan. Pengurus-pengurus di struktur partai maupun kader bisa menyusun kerangka acuan ini menjadi bagian yang lebih rinci lagi. Sehingga setiap orang dapat mengetahui apa-apa saja yang harus dilakukan.


*by Mochamad Husni
@mochus“Setiap tujuan mempunyai satu proses yang khas,” demikian salah satu isi taujih yang disampaikan Ustadz Abu Ridho.

Ini berarti, tidak pernah ada sebuah kemenangan yang diperoleh tanpa kekuatan tekad, kesungguhan dan sandaran yang benar. Nasehat tersebut beliau sampaikan dalam acara Tasqif Pemenangan yang diadakan DPC PKS Pulogadung, Jakarta Timur, 25 Desember kemarin.

Lantas, bagaimanakah proses yang harus kita lalui untuk kemenangan dakwah? Titik-titik apa sajakah yang perlu kita perhatikan, dan bagaimana peta perjalanan menuju kemenangan itu? Berikut ini catatan singkat saya atas uraian tentang komponen proses menuju kemenangan yang disampaikan salah satu deklarator PKS bernama lengkap Abdi Sumaithi ini.

SALAH STRATEGI HATERS PKS

Foto: SALAH STRATEGI HATERS PKS

bermaksud untuk meruntuhkan dan menghancurkan rasa yakin dan rasa suka seseorang kepada PKS tetapi malah menjadi amunisi 'pemanasan' untuk menambah makin yakin dan makin suka kepada PKS

bukankah itu strategi yang salah para haters PKS kepada pemilih PKS

kebencian mu menjadi kayu bakar rasa makin cinta mereka kepada PKS

itu fakta yang terjadi

PKS bukan seperti partai lain (golkar dan PDIP)

maka pantas; orang sekelas hendropriyono memerlukan settingan intelejen untuk menggilas dan menghancurkan nama baik PKS

itu hendropriyono sosok yang sangat ahli dalam strategik dan intelejen

masa' yang hanya bermodal kebencian dan ketidaksukaan kepada PKS alias HATERS PKS berniat meruntuhkan dan menghancurkan pilihan sesorang kepada PKS hanya dengan bermodal pemikiran dan membangun opini ala kadar nya sesuai kadar emosi dan amarah saja

anda salah

kalau PKS bisa di hancurkan melalui pemikiran kebencian dan ketidaksukaan semata; maka hendropriyono tidak usah cape cape membuat settingan operasi intelejen infiltrasi melalui fathanah untuk masuk menghancurkan nama baik PKS

hendropriyono cukup buat haters cyber army seperti jasmev nya jokowi ahok

haters cyber army for PKS; dengan team barisan 'orang bayaran' untuk membangun opini dan melakukan pembusukan pmbusukan terhadap PKS

tapi sosok hendropriyono yang ahli strategik dalam intelejen TIDAK melakukan tersebut; mengapa?

karena hendropriyono paham karakteristik PKS sebagai partai yang diisi kader kader militan (singa singa peradabab)

membuat opini dengan pemikiran bermodalkan kebencian JUSTRU hanya akan menjadi kayu bakar rasa makin cinta pemilih PKS

ibarat sebuah analogi;
semakin di serang, bukan semakin hancur; TAPI malah membuat bertahan makin solid untuk merapatkan barisan (itulah makna massa yang militan)

sekelas hendropriyono saja paham; masa' para HATERS PKS tidak paham

apa HATERS sendiri sendiri justru tidak paham; menjadikan dirinya bagian PEMBAKAR jiwa militansi para singa singa peradaban

salah strategi para HATERS PKS

-bang dw-

@mbari recovery jasad dan ruh
Bermaksud untuk meruntuhkan dan menghancurkan rasa yakin dan rasa suka seseorang kepada PKS tetapi malah menjadi amunisi 'pemanasan' untuk menambah makin yakin dan makin suka kepada PKS

bukankah itu strategi yang salah para haters PKS kepada pemilih PKS

kebencian mu menjadi kayu bakar rasa makin cinta mereka kepada PKS

itu fakta yang terjadi

PKS bukan seperti partai lain (golkar dan PDIP)

maka pantas; orang sekelas hendropriyono memerlukan settingan intelejen untuk menggilas dan menghancurkan nama baik PKS

itu hendropriyono sosok yang sangat ahli dalam strategik dan intelejen

masa' yang hanya bermodal kebencian dan ketidaksukaan kepada PKS alias HATERS PKS berniat meruntuhkan dan menghancurkan pilihan sesorang kepada PKS hanya dengan bermodal pemikiran dan membangun opini ala kadar nya sesuai kadar emosi dan amarah saja

PKS Sekarang gak kaya dulu

Foto: PKS Sekarang gak kayak dulu, kata seseorang 

Hmmm…. Jadi mikir, bukannya perkembangan dan perubahan itu sunnatuLlah? Pohon dlm pot lama2 akan besar dan harus meninggalkan potnya. Saya kuatir beliau ini sejenis pot. Enggan berubah hingga tak mampu mengikuti perubahan yg ada. Sehingga tatkala pohon di dalamnya semakin besar, bukannya mengikuti, tapi malah manyalahkan pohonnya.
Pemimpin-nya hidup bermewah-mewahan

Jadi mikir lagi, klo dibanding dia sih emang elit PKS lebih kaya, jadi kesannya hidup mewah. Lha kerja mereka juga lebih nyata, tanggung jawab yg dipikul lebih banyak serta rata-rata adalah pebisnis yang ulet jalankan roda bisnisnya, belum lagi berkah Allah karena meski sibuk bisnis, tetap memberikan kontribusi besar bagi umat.

Tapi sekaya-kayanya elit PKS, ternyata masih belum bisa tuh bikin stasiun TV sendiri kayak partai sebelah, mobilnya juga jauh lebih murah dari mobil milik pengacara ternama negeri ini. Belum ada yg punya penerbitan koran sendiri bahkan website PKS pusat aja kalah pamor dibanding web DPC di Yogyakarta.
Klo begini terus PKS akan ditinggalkan para kadernya

Yang saya lihat malah sebaliknya, seleksi alam tengah terjadi, pot akan disingkirkan, pohon akan pindah ke tanah lapang dan makin banyak orang dpt merasakan keteduhannya. Sementara pot yg males berkembang tetap di dalam rumah yg nyaman sambil sesekali berharap tak ada anak kecil yg menendangnya sampai hancur.

Yang saya khawatirkan, kita ini bukanlah pot yang cantik yang meski kosong, masih punya manfaat untuk keindahan rumah. Saya khawatir kita ini hanya pot bata yang ketika pohonnya besar, dia cuma ditumpuk di ujung taman menanti bayi pohon berikutnya. Jadilah kita  gonta-ganti pohon.

PKS butuh kita? Ndak tuh. Dakwah itu gak butuh kita. Kalaupun seluruh kader keluar dari PKS hingga ditutup partai ini, Allah akan hadirkan generasi yg baru yg lebih hebat dr kita-kita. Generasi yang jauh lebih mampu membawa beban dakwah ini.

Jadi yg mau keluar, keluarlah secepat yg kau bisa. Saya akan tunggu generasi baru yg dijanjikan Allah yg lebih baik dari anda, dan lebih beriman dr anda. Saya yg imannya pas2-an ini akan berdiri dibelakangnya utk mendukungnya sampai Allah berikan kemuliaan atau kesyahidan.(BEJOPAIJO/MUSLIMINA)Hmmm…. Jadi mikir, bukannya perkembangan dan perubahan itu sunnatuLlah? Pohon dlm pot lama2 akan besar dan harus meninggalkan potnya. Saya kuatir beliau ini sejenis pot. Enggan berubah hingga tak mampu mengikuti perubahan yg ada. Sehingga tatkala pohon di dalamnya semakin besar, bukannya mengikuti, tapi malah manyalahkan pohonnya.
Pemimpin-nya hidup bermewah-mewahan

Jadi mikir lagi, klo dibanding dia sih emang elit PKS lebih kaya, jadi kesannya hidup mewah. Lha kerja mereka juga lebih nyata, tanggung jawab yg dipikul lebih banyak serta rata-rata adalah pebisnis yang ulet jalankan roda bisnisnya, belum lagi berkah Allah karena meski sibuk bisnis, tetap memberikan kontribusi besar bagi umat.

70 Ormas Siap mendukung AHER for RI 1

Foto: 70 Ormas Islam Jakarta Dukung Aher Maju Pilpres

Sedikitnya 70 organisasi masyarakat (ormas) Islam yang tergabung dalam Koordinasi Dakwah Islam (Kodi) DKI Jakarta mendukung Gubernur Jabar  Ahmad Heryawan (Aher) untuk maju dalam bursa capres/cawapres pada Pilpres 2014.

Harapan dan dukungan itu mengemuka dalam pertemuan antara pengurus Kodi DKI Jakarta dan perwakilan ormas anggotanya dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Gedung Negara Pakuan, Kota Bandung, Selasa (24/12).

Silaturahim dipimpin Ketua Umum Kodi DKI Jakarta KH Syarifuddin Mahfudz, yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU) DKI Jakarta.

"Terus terang, antara Kodi dan Pak Heryawan ada chemistry yang sama. Kita punya idealisme yang sama dalam kerangka membina umat dan mensejahterakan bangsa," kata Syarifuddin di Bandung, Rabu (25/12).

Syarifuddin berharap, partai politik khususnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menaungi Aher membuka peluang bagi Heryawan untuk maju pada  Pilpres 2014.

"Kodi Jakarta sangat siap mendukung Pak Heryawan jika akhirnya menjadi salah seorang peserta Pilpres," kata Syarifuddin.

Menurut Syarifuddin,  kapabilitas kenegarawanan Aher telah teruji selama menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dan memimpin Jawa Barat hampir enam tahun terakhir dan prestasi kerjanya cukup menonjol.

"Selain berprestasi, Pak Heryawan seorang pemimpin yang jujur, sederhana, memiliki hubungan yang baik dengan siapapun, ngemong, tidak arogan, tawadhu, dan tidak takabur," ujar Syarifuddin.

Atas pemikiran itu kata Syarifuddin, Kodi DKI Jakarta akan mengomunikasikan harapan dan dukungan dimaksud ke berbagai pihak yang berkepentingan.

Aher sendiri menanggapi aspirasi Kodi DKI Jakarta itu dengan ucapan terimakasih. Menurut Aher,  ia tidak akan bicara panjang lebar soal posisinya pada Pilpres 2014 karena proses politiknya masih panjang.

"Namun, apapun,  sebagai seorang muslim saya akan berusaha untuk mengemban amanah apapun yang dipercayakan rakyat," kata  Aher.

Aher masuk dalam tiga besar kader yang digadang-gadang sebagai bakal calon presiden (capres) PKS. Selain Aher, PKS juga memunculkan nama Presidennya, Anis Matta, dan anggota DPR Hidayat Nur Wahid.

Jago PKS pada Pilpres 2014 akan diputuskan oleh Dewan Syuro dan ditentukan pula oleh perolehan suara partai bernomor urut 3 ini dalam Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2014. [San/tribunnews]Sedikitnya 70 organisasi masyarakat (ormas) Islam yang tergabung dalam Koordinasi Dakwah Islam (Kodi) DKI Jakarta mendukung Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) untuk maju dalam bursa capres/cawapres pada Pilpres 2014.

Harapan dan dukungan itu mengemuka dalam pertemuan antara pengurus Kodi DKI Jakarta dan perwakilan ormas anggotanya dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Gedung Negara Pakuan, Kota Bandung, Selasa (24/12).

Silaturahim dipimpin Ketua Umum Kodi DKI Jakarta KH Syarifuddin Mahfudz, yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU) DKI Jakarta.

Bagi yang Tak Suka Pancasila


Foto: Jawaban Ridwan Kamil Bagi yang Tak Suka Pancasila

Ridwan Kamil (RK) mengingatkan pentingnya menjunjung tinggi Pancasila dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya, Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, suku, dan ras.

Menurut Wali Kota Bandung itu hal yang dapat menyatukan perbedaan itu adalah Pancasila. Jika Pancasila tidak dijalankan maka akan terjadi keruntuhan bangsa.

"Modalnya balik lagi ke Pancasila. Di mana keruntuh-keruntuhan itu lahir ketika kita menjauhi Pancasila," kata RK di Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/12/2013) malam.

Disinggung soal adanya segelintir pihak yang saat ini tidak menunjung tinggi toleransi dalam menyikapi berbagai perbedaan, RK menyebut mereka tidak memercayai dan melaksanakan Pancasila.

"Kalau mau hidup di Indonesia, pakai Pancasila. Kalau tidak suka Pancasila, jangan tinggal di Indonesia, sederhana," tegasnya.

Sementara mengenai kondisi toleransi di Kota Bandung, RK mengakui masih ada kendala. "Menuju sempurna, tapi masih belum sempurna. Masih ada beberapa letupan-letupan karena perbedaan persepsi," ungkapnya.

Ia mengatakan akan terus berusaha meningkatkan toleransi di Kota Bandung. Salah satu yang didorong adalah melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

"Makanya ada FKUB, itu salah satu yang luar biasa yang menjaga ikatan. Pada saat ada kelompok-kelompok masyarakat mencari perbedaan, kita mengikat menjadi persamaan," tandas RK. (pm/okezone)
Jawaban Ridwan Kamil Bagi yang Tak Suka Pancasila

Ridwan Kamil (RK) mengingatkan pentingnya menjunjung tinggi Pancasila dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya, Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, suku, dan ras.

Menurut Wali Kota Bandung itu hal yang dapat menyatukan perbedaan itu adalah Pancasila. Jika Pancasila tidak dijalankan maka akan terjadi keruntuhan bangsa.

"Modalnya balik lagi ke Pancasila. Di mana keruntuh-keruntuhan itu lahir ketika kita menjauhi Pancasila," kata RK di Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/12/2013) malam.

Disinggung soal adanya segelintir pihak yang saat ini tidak menunjung tinggi toleransi dalam menyikapi berbagai perbedaan, RK menyebut mereka tidak memercayai dan melaksanakan Pancasila.

Apalah arti dari sebuah GOLPUT

Foto: Apalah Arti Sebuah Golput

Komentar seorang sahabat di sebuah catatan saya terdahulu menggelitik saya untuk membuat tulisan tentang Golput.

Dalam pilihan strategi, ada strategi yang sifatnya aktif (contending, mediating, problem solving) ada pula yang tidak aktif. Strategi inaction (tidak melakukan apapun) dan withdrawl (mundur dari medan negosiasi) merupakan dua strategi yang pelakunya secara sengaja tidak bergerak aktif. Dalam perhitungan pelaku, dengan bersikap pasif, ia akan mampu menciptakan alternatif perolehan baru yang lebih bagus daripada peluang-peluang perolehan di meja perundingan.

Dalam “medan” pemilu, pemilih dihadapkan pada beberapa opsi tindakan, yang secara garis besar terbagi menjadi dua kelompok: memilih (aktif) dan tidak (pasif). Masing-masing opsi diyakini mampu menyuarakan kepentingan sang pemilih, sehingga memilih atau golput dianggap sebagai strategi yang “viable” untuk dilakukan.

Dalam tulisan ini, saya berpendapat bahwa golput bukanlah strategi yang viable untuk dilakukan. Syarat strategi agar viable, adalah:

    - mampu menyuarakan kepentingan pelakunya

    - mampu menghadirkan posisi yang berbeda

Dalam kasus pemilu, golput menjadi “mandul” dalam menyuarakan kepentingan dan posisi pelakunya karena ada satu cacat besar dalam sistem pemilu: tidak ada batas minimum partisipasi untuk menentukan keabsahan pemilu.

Dalam pemilu, suara golput adalah suara yang terbuang. Misal dalam sebuah pemilu 99% golput pun, pemilu tetap akan sah dan pemenangnya ditentukan oleh 1% yang memilih.

Ini jelas berbeda dengan sidang parlemen, yang memiliki batas minimum partisipasi sehingga dinyatakan sah. Dalam sidang parlemen, langkah satu kelompok politik untuk memboikot sidang (tidak hadir, keluar dari forum, protes dsb) menjadi penting. Jika jumlah mereka cukup banyak, kelompok protes ini dapat memaksa terjadinya deadlock dengan terus-menerus menunda sidang. Sikap withdrawl mereka ini secara lantang menyuarakan kepentingan mereka sekaligus memberikan peluang perolehan baru; pada satu titik pihak lawan akan tidak bisa menerima penundaan, dan “terpaksa” berkompromi.

Ini kisah nyata di Indonesia; saya teringat ada beberapa kelompok politik yang “menyandera” rapat di parlemen dengan berulang kali tidak hadir, sebagai bentuk protes terhadap kelompok politik lain yang dinilai “terlalu keras” dalam mengawal anggaran.

Nah, ketiadaan batas minimum partisipasi dalam pemilu tentu harus diperhatikan oleh pemilih. Alih-alih menjadi sikap protes dan “menyandera” pihak lawan, golput justru secara tidak langsung mengukuhkan status quo. Jika niatnya memang ingin “menghukum” status quo, maka memilih lawan yang paling berpeluang menjadi oposisi adalah protest vote yang paling tepat (menurut saya). Tidak seperti golput, suara protes ini masuk dalam rekap perhitungan dan akhirnya akan menentukan hasil pemilu.

Misalnya, dalam sebuah tempat ada 1000 orang dengan tiga partai yang bertarung di pemilu.

Partai A adalah partai berwatak jahat. Pendukungnya 350 orang.
Partai B adalah partai hura-hura. Pendukungnya 300 orang.
Partai C adalah partai anak bawang. Pendukungnya 250 orang.
Masih ada suara yang protes, 100 orang.

Idealnya 100 orang itu buat Partai D. Tapi jika tidak bisa, apa pilihan mereka?

Jika golput, maka yang akan menang adalah Partai A berwatak jahat yang musuh masyarakat (setidaknya, musuh 100 orang itu). Partai A akan mendapatkan 350 dari 900 suara (~40%). Bisa menguasai parlemen!

Tapi jika 100 orang itu memilih Partai B hura-hura, maka mereka bisa menghukum A dengan mengalahkan A dan memenangkan B (40%)! Perolehan suara Partai A akan 350 dari 1000 suara (35%).

Bahkan jika misalnya protest vote itu tidak sepenuhnya ke Partai B, namun terbagi ke B dan C, maka tetap saja A akan “terhukum” dengan turunnya prosentase suaranya (dan ini bisa berakibat pada hilangnya kursi di suatu dapil etc dll).

Perhitungan semacam ini menjadi sangat penting untuk dipahami. Parpol status quonjika menghadapi resistensi yang terlalu kuat, bisa menawarkan alternatif golput ke masyarakat. Dengan demikian, suara masyarakat akan terbuang, tidak menggemukkan lawan parpol status quo tersebut. Inti strateginya: golput is better than voting the others.

Sebaliknya, beberapa parpol yang ingin menggulingkan status quo akan berjuang untuk menyelamatkan setiap suara. Jangan sampai ada yanb golput. Karena itulah dulu pernah ada kampanye bersama PDIP-PPP demi membendung Golkar. Demokrat dan Partai Hijau pun sempat kampanye bersama untuk membendung Republik. Lebih baik memilih partai (non-status quo) lawan, daripada golput atau memilih status quo. Inilah hakikat aliansi antar-parpol, atau melimpahkan suara sisa ke parpol lain (masih boleh nggak ya?)

Karena itu, rekan-rekan, saya kembali menggarisbawahi: selagi tidak ada batas minimum partisipasi dalam sistem pemilu/pilkada/pilpres kita, golput merupakan strategi yang tidak layak guna. 

Golput tidak akan mampu menyuarakan protes kita, dan setiap suara yang golput berarti akan terbuang sia-sia. Lebih parah lagi, bisa saja suara golput itu tanpa sengaja memenangkan suara Partai A berwatak jahat yang dibenci masyarakat.

Jadi, apalah arti sebuah golput? Banyak artinya, tapi bukan sebagai protest vote!
 
by Ganjar Widhiyoga
Penulis adalah Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Slamet Riyadi Surakarta, kandidat PhD di Newcastle University, UK.
Komentar seorang sahabat di sebuah catatan saya terdahulu menggelitik saya untuk membuat tulisan tentang Golput.

Dalam pilihan strategi, ada strategi yang sifatnya aktif (contending, mediating, problem solving) ada pula yang tidak aktif. Strategi inaction (tidak melakukan apapun) dan withdrawl (mundur dari medan negosiasi) merupakan dua strategi yang pelakunya secara sengaja tidak bergerak aktif. Dalam perhitungan pelaku, dengan bersikap pasif, ia akan mampu menciptakan alternatif perolehan baru yang lebih bagus daripada peluang-peluang perolehan di meja perundingan.

Dalam “medan” pemilu, pemilih dihadapkan pada beberapa opsi tindakan, yang secara garis besar terbagi menjadi dua kelompok: memilih (aktif) dan tidak (pasif). Masing-masing opsi diyakini mampu menyuarakan kepentingan sang pemilih, sehingga memilih atau golput dianggap sebagai strategi yang “viable” untuk dilakukan.

Gubernur berprestasi layak jadi RI 1

Foto: Peneliti LIPI : Gubernur Berprestasi Layak Jadi RI 1 

Peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Prof. Dr. R. Siti Zuhro mengajak seluruh elemen demokrasi mempertimbangkan secara matang rektutmen kepala daerah sebagai kandidat presiden atau wakil presiden 2014-2019.

Zuhro mengatakan hal itu saat menjadi narasumber Forum Diskusi Inilah Demokrasi: Peluang Pemimpin Daerah Menuju Istana, yang digelar INILAH.COM di Kota Bandung, Minggu, 22 Desember 2013.
Pembicara lain forum diskusi demokrasi yang dimoderatori Direktur Pemberitaan LKBN Antara, Ahmad Husaini, yakni Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Diskusi diikuti sekitar 100 wartawan dan akademisi asal Bandung dan Jakarta.

Forum diskusi memaparkan, pola perekrutan kepala daerah (gubernur) telah diterapkan sejumlah negara maju. Bahkan negara kampiun demokrasi Amerika Serikat (AS) memiliki sepertiga jumlah presidennya, sebelumnya menjabat gubernur.
Tercatat 16 presiden AS berlatarbelakang kepala daerah, 23 senator, 13 wakil presiden, dan enam dari kelompok lain-lain (pengusaha, militer, pengacara).

Para gubernur yang dipercaya menjadi pemimpin Gedung Putih, antara lain: Theodore Roosevelt, Ronald Wilson Reagen, William Jefferson Clinton, George Walker Bush, Thomas Jefferson, James Monroe, Andrew Jackson, Martin Van Buren.

Zuhro mengatakan, perektutan kepala daerah menjadi orang pertama atau kedua di satu negara sangat beralasan. Bila sang kepala daerah nyata berprestasi, yang bersangkutan dipastikan menguasai aspek pengelolaan birokrasi.

Pada saat yang sama, sebagaian besar manajemen negara berkutat di sekitar masalah pemerintah pusat memberdayakan pemerintah daerah menggerakkan roda pembangunan.

Masalahnya, menurut Zuhro, partai politik (parpol) di Indonesia masih menafikan pola perekrutan kepala daerah untuk mengisi kursi RI 1 atau RI 2. Seluruh parpol masih menempatkan ketua umumnya sebagai pemilik tunggal calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).

Zuhro berpendapat, gubernur yang layak maju ke pentas nasional tentu yang menunjukkan prestasi selama menjabat. Mereka tidak cacat moral dan hukum.

"Kita sekarang memiliki Gubernur Jawa Barat (Ahmad Heryawan), Gubernur DKI Jokowi, Pakde Karwo (Gubernur Jawa Timur), atau Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo," tandas Zuhro.
Ditambahkan, media massa dan kelompok civil society perlu mendorong salah satu jalur pemimpin nasional ini. Bila perlu mendesak parpol demi diperolehnya sosok pemimpin terbaik untuk kemajuan Indonesia ke depan.

"Seharusnya, tokoh yang sudah pernah nyapres tidak perlu maju lagi. Malu nanti. Kita butuh regenerasi, darah segar yang kuat, tidak loyo tidak deadlock. Merekrut kepala daerah adalah terobosan bagus," ulas Peneliti lagi.

Sementara Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, ketika ditanya peserta diskusi soal kelayakannya maju ke arena Pemilu 2014 menyatakan, ia tak berhak menjawab dirinya mumpuni atau tidak.
"Saya menyerahkan kepada rakyat. Kalau saya mengatakan diri layak, itu bentuk arogan," tukasnya. [KabarPKS]
Peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Prof. Dr. R. Siti Zuhro mengajak seluruh elemen demokrasi mempertimbangkan secara matang rektutmen kepala daerah sebagai kandidat presiden atau wakil presiden 2014-2019.

Zuhro mengatakan hal itu saat menjadi narasumber Forum Diskusi Inilah Demokrasi: Peluang Pemimpin Daerah Menuju Istana, yang digelar INILAH.COM di Kota Bandung, Minggu, 22 Desember 2013.
Pembicara lain forum diskusi demokrasi yang dimoderatori Direktur Pemberitaan LKBN Antara, Ahmad Husaini, yakni Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Diskusi diikuti sekitar 100 wartawan dan akademisi asal Bandung dan Jakarta.