Saturday 28 December 2013

Dimanapun bencananya PKS selalu hadir

Di Banjir Kencong Jember Juga Ditemui Relawan PKS yang Membantu Warga

Sudah sejak Senin, saya mengajak suami untuk mengunjungi lokasi banjir Paseban di Kencong (Jember, Jawa Timur). Tapi, suami menolak karena jadwalnya sangat penuh di kampus. Sampai di rumah selalu jelang Maghrib. Lalu mandi, sholat, dan kemudian praktek karena pasien sudah mengantri sejak pukul 4 sore. Makan siang dan malam selalu digabung di malam hari usai semua pasien pulang. Tak ada waktu istirahat selain tidur sekitar jam 11 malam hingga jelang Subuh. Itu rutinitas harian yang sulit saya sela bila agenda suami benar-benar tak ada kosongnya.

Alhamdulillah, Rabu kemarin adalah tanggal merah (25/12). Malam sebelumnya, suami sudah menjanjikan pada saya bahwa esoknya kami akan mengunjungi lokasi banjir. Rencana awal, kami akan berangkat sekitar pukul 8 pagi. Namun karena pagi hujan deras sejak Subuh tanpa henti, suami meminta saya untuk bersabar menunggu hujan reda untuk bepergian. Hujan di Jember biasanya berlangsung di atas Dhuhur atau Ashar. Tapi pagi kemarin memang diluar kebiasaan. Saya membayangkan, banjir yang belum surut hingga sore sebelumnya, tentu akan kembali meninggi pagi kemarin di lokasi banjir.

Sekitar pukul 9.45, hujan pun reda. N1 dan N2 yang semula tidak mau ikut, tiba-tiba berubah pikiran. Perlu waktu sekitar 30 menit untuk menunggu N1 dan N2 bersiap-siap. Akhirnya… Meluncurlah saya, suami, N1, N2, dan N3 menuju Paseban, Kencong, yang medan menuju ke sana sempat membuat perut saya berputar-putar.

Memasuki Kecamatan Kencong, adzan Dhuhur sudah mengumandang. Saya tidak melihat jam saat itu. Saya minta kepada suami untuk berhenti di Mesjid dulu agar saya dan anak-anak bisa sholat. Kebetulan saya dan anak-anak masih memiliki wudhu. Khawatir dengan kondisi lokasi banjir yang menyulitkan kami untuk sholat dan ke kamar kecil, kemudian suami menghentikan mobil di sebuah Mesjid.

Ah… Ternyata Mesjid itu milik Muhammadiyah yang berada di lingkungan sebuah sekolah di daerah Igir-Igir, Cakru. Sebelum turun mobil, suami saya sempat bercerita bahwa daerah yang kami kunjungi ini adalah basis Muhammadiyah. Boleh dikata, masyarakat Muhammadiyah di Kabupaten Jember paling banyak berada di wilayah ini. Makanya, sepanjang jalan kemarin banyak saya lihat plang-plang berlambang Muhammadiyah.

Memasuki Mesjid, saya bersama N1 N2 N3 mencari ruangan sholat untuk perempuan. Ternyata ruangan tersebut juga digunakan sebagai sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an ‘Aisiyah’. Saya dan anak-anak pun sholat. Tak lama berselang, ternyata adzan baru berkumandang di Mesjid itu. Ya, meski sama-sama berada di satu kecamatan, tetapi antar Mesjid biasanya ada selisih waktu mengumandangkan adzan.

Belum hitungan menit, saya melihat sejumlah orang mengerumun memasuki halaman Mesjid. Saya yang melepas kacamata saat itu tidak bisa melihat jelas siapa mereka. Tak lama, N2 dan N3 yang sudah selesai sholat kemudian bermain di teras Mesjid, berlari menghampiri saya di dalam ruangan. “Nda, Abi mau sholat jamaah sama orang-orang itu. Abi nyuruh Bunda nunggu sebentar.”

Saya mengiyakan. Sembari menunggu, saya kemudian mengaji sebentar. Hanya 1 lembar bolak-balik. Setelah mengenakan kacamata, saya kemudian ke kamar kecil. Maklum, usia kandungan yang semakin bertambah, sudah menyerukan panggilan alam agar saya segera ke kamar kecil setiap 2-3 jam sekali.

Sholat berjamah belum selesai. Saya kemudian iseng mengintip ruangan sholat para pria tersebut. Saya melihat suami saya berada di barisan belakang dengan mengenakan rompi Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Yang lainnya, berseragam coklat dan ada juga yang berseragam hitam campur oranye. Saya sangat familiar dengan seragam coklat tersebut.

Masya Allah… Mereka para relawan dari Pandu Keadilannya Partai Keadilan Sejahtera (PKS)!!! Saya punya banyak sahabat di luar kota yang menjadi anggota Pandu Keadilan sehingga saya hafal dengan seragam tersebut.

Saya kemudian mengambil foto dari belakang. Lalu saya mengamati mereka yang berseragam hitam campur oranye tersebut. Rasa-rasanya saya juga familiar dengan seragam tersebut. Saya yakin pernah melihat seragam tersebut. Tapi, saya tidak ingat seragam tersebut milik institusi apa….

Sholat berjamaah pun selesai. Saya langsung beringsut ke ruangan perempuan untuk mengambil tas dan barang-barangnya anak-anak. Keluar dari ruangan, saya melihat salah satu jamaah yang berseragam hitam campur oranye yang berjalan mengarah pada saya. Saya dapat melihat tulisan di bagian depan seragamnya.

Masya Allah…. Mereka ini santri dari Ma’had Tahfidz Qur’an (MTQ) yang pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Sosialisasi Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di mana saya hadir sebagai salah satu narasumber. Saya yang saat ini juga semakin intens berinteraksi dengan Ma’had tersebut ternyata baru sadar bahwa hitam oranye adalah seragam milik Ma’had ini…

Allahu akbar!!!

Mereka yang menjadi relawan korban banjir di Paseban Kencong ini tetap melayani masyarakat dan tidak abai dengan waktu sholat. Saya ‘merinding’ karena merasa malu mengingat kerap kali menunda sholat meski adzan sudah lama berkumandang karena pekerjaan atau hal lainnya yang membuat saya memberi toleransi untuk menundanya.

Di dalam mobil, saya bilang ke suami, “Kayaknya di dekat-dekat sini ada Poskonya Relawan PKS deh…”.

Ternyata benar…

Berjarak kurang dari 1 kilometer, para relawan yang berjalan kaki ini menuju sebuah rumah yang di halamannya terdapat banner berlambang PKS.

“Barang-barang diturunkan di sini saja ya. Titipkan ke mereka untuk mendistribusikan….”, kata suami saya.

“Iya, enggak apa-apa…”jawab saya.

Saya kemudian ikut turun dan melihat sejumlah relawan berseragam hitam oranye membantu mengangkat kardus mie instan dan air mineral dari mobil saya. Saya kemudian mendatangi Ibu-Ibu yang berkumpul di sebuah rumah kecil di samping rumah besar yang menjadi tempat berkumpulnya para relawan.

Masya Allah… Tempat ini ternyata Dapur Umumnya para Relawan Pandu Keadilan. Para ummahat dan gadis muda yang bergabung dalam Santika bergantian memasak dan membuat nasi bungkus. Sebagian ada yang menimbang sembako…

Hufffhhhhttt…

Hari ini saya benar-benar ‘terpesona’ dan hanya bisa manggut-manggut bertemu para relawan di tempat ini. Pengalaman saya yang kerap mengikuti suami dalam kegiatan sosial bersama BSMI, rasanya saya belum pernah menemukan adanya pondok pesantren yang sampai mengirimkan santrinya untuk turun ke lapangan untuk membantu korban bencana alam. Salut untuk Ma’had yang satu ini…

Tentang mereka para relawan Pandu Keadilan, saya tidak terkejut bila bertemu mereka di lokasi bencana. Saya tahu mereka selalu hadir terdepan pada situasi-situasi seperti ini. Sahabat-sahabat saya di luar kota yang juga menjadi anggota Pandu Keadilan, kerap bercerita dan mengirimkan foto-foto kegiatan mereka. Yang membuat saya ‘terpesona’ dan manggut-manggut dari mereka kemarin adalah menyaksikan bahwa mereka tetap tertib sholat tepat waktu dan berjamaah kala dalam tugas melayani masyarakat korban banjir. Seharusnya saya tidak perlu kaget karena sebelumnya saya pun sering melihat foto-foto para Pandu Keadilan yang sholat berjamaah di tengah lapangan, di hutan, di pasir atau di mana saja ketika mereka bertugas. Tapi, baru kemarin saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana mereka memenuhi panggilan adzan dan kemudian menuju Mesjid untuk berjamaah ketika menjalankan tugas membantu korban banjir…

Satu lagi yang membuat saya ‘terpesona’ dan manggut-manggut adalah… Mmm… Bingung saya menuliskannya… Sudahlah… Semoga kunjungan Pandu Keadilan membantu masyarakat Kencong di tempat banjir semakin menyatukan ukhuwah bagi saudara-saudara muslim di Jember, Lumajang, dan daerah lain di Indonesia…

Perlahan, Posko dan Dapur Umum milik PKS itu pun menghilang dari cermin kaca mobil. Saya bersama anak-anak pun kemarin melanjutkan perjalanan menuju Balai Desa yang menjadi Posko Kesehatan untuk menemani suami meninjau stok obat dan para mahasiswa Kedokteran yang diturunkan untuk menjadi relawan kesehatan dari korban banjir di Kencong…

Catatan: Jika teman-teman ada yang berkenan berdonasi, sila transfer bantuanny ke Rek BNI Nomor 0261672883 a.n Hizbullah Huda… Atau ke Bank Syariah Mandiri (BSM) Nomor 0810211165 a.n Tamkin Institute… Jangan lupa tulis pesan KORBAN BANJIR KENCONG…

Oleh Khairunnisa Musari

*sumber: Kompasiana
Foto: Di Banjir Kencong Jember Juga Ditemui Relawan PKS yang Membantu Warga 

Sudah sejak Senin, saya mengajak suami untuk mengunjungi lokasi banjir Paseban di Kencong (Jember, Jawa Timur). Tapi, suami menolak karena jadwalnya sangat penuh di kampus. Sampai di rumah selalu jelang Maghrib. Lalu mandi, sholat, dan kemudian praktek karena pasien sudah mengantri sejak pukul 4 sore. Makan siang dan malam selalu digabung di malam hari usai semua pasien pulang. Tak ada waktu istirahat selain tidur sekitar jam 11 malam hingga jelang Subuh. Itu rutinitas harian yang sulit saya sela bila agenda suami benar-benar tak ada kosongnya.

Alhamdulillah, Rabu kemarin adalah tanggal merah (25/12). Malam sebelumnya, suami sudah menjanjikan pada saya bahwa esoknya kami akan mengunjungi lokasi banjir. Rencana awal, kami akan berangkat sekitar pukul 8 pagi. Namun karena pagi hujan deras sejak Subuh tanpa henti, suami meminta saya untuk bersabar menunggu hujan reda untuk bepergian. Hujan di Jember biasanya berlangsung di atas Dhuhur atau Ashar. Tapi pagi kemarin memang diluar kebiasaan. Saya membayangkan, banjir yang belum surut hingga sore sebelumnya, tentu akan kembali meninggi pagi kemarin di lokasi banjir.

Sekitar pukul 9.45, hujan pun reda. N1 dan N2  yang semula tidak mau ikut, tiba-tiba berubah pikiran. Perlu waktu sekitar 30 menit untuk menunggu N1 dan N2 bersiap-siap. Akhirnya… Meluncurlah saya, suami, N1, N2, dan N3 menuju Paseban, Kencong, yang medan menuju ke sana sempat membuat perut saya berputar-putar.

Memasuki Kecamatan Kencong, adzan Dhuhur sudah mengumandang. Saya tidak melihat jam saat itu. Saya minta kepada suami untuk berhenti di Mesjid dulu agar saya dan anak-anak bisa sholat. Kebetulan saya dan anak-anak masih memiliki wudhu. Khawatir dengan kondisi lokasi banjir yang menyulitkan kami untuk sholat dan ke kamar kecil, kemudian suami menghentikan mobil di sebuah Mesjid.

Ah… Ternyata Mesjid itu milik Muhammadiyah yang berada di lingkungan sebuah sekolah di daerah Igir-Igir, Cakru. Sebelum turun mobil, suami saya sempat bercerita bahwa daerah yang kami kunjungi ini adalah basis Muhammadiyah. Boleh dikata, masyarakat Muhammadiyah di Kabupaten Jember paling banyak berada di wilayah ini. Makanya, sepanjang jalan kemarin banyak saya lihat plang-plang berlambang Muhammadiyah.

Memasuki Mesjid, saya bersama N1 N2 N3 mencari ruangan sholat untuk perempuan. Ternyata ruangan tersebut juga digunakan sebagai sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an ‘Aisiyah’. Saya dan anak-anak pun sholat. Tak lama berselang, ternyata adzan baru berkumandang di Mesjid itu. Ya, meski sama-sama berada di satu kecamatan, tetapi antar Mesjid biasanya ada selisih waktu mengumandangkan adzan.

Belum hitungan menit, saya melihat sejumlah orang mengerumun memasuki halaman Mesjid. Saya yang melepas kacamata saat itu tidak bisa melihat jelas siapa mereka. Tak lama, N2 dan N3 yang sudah selesai sholat kemudian bermain di teras Mesjid, berlari menghampiri saya di dalam ruangan. “Nda, Abi mau sholat jamaah sama orang-orang itu. Abi nyuruh Bunda nunggu sebentar.”

Saya mengiyakan. Sembari menunggu, saya kemudian mengaji sebentar. Hanya 1 lembar bolak-balik. Setelah mengenakan kacamata, saya kemudian ke kamar kecil. Maklum, usia kandungan yang semakin bertambah, sudah menyerukan panggilan alam agar saya segera ke kamar kecil setiap 2-3 jam sekali.

Sholat berjamah belum selesai. Saya kemudian iseng mengintip ruangan sholat para pria tersebut. Saya melihat suami saya berada di barisan belakang dengan mengenakan rompi Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Yang lainnya, berseragam coklat dan ada juga yang berseragam hitam campur oranye. Saya sangat familiar dengan seragam coklat tersebut.

Masya Allah… Mereka para relawan dari Pandu Keadilannya Partai Keadilan Sejahtera (PKS)!!! Saya punya banyak sahabat di luar kota yang menjadi anggota Pandu Keadilan sehingga saya hafal dengan seragam tersebut.

Saya kemudian mengambil foto dari belakang. Lalu saya mengamati mereka yang berseragam hitam campur oranye tersebut. Rasa-rasanya saya juga familiar dengan seragam tersebut. Saya yakin pernah melihat seragam tersebut. Tapi, saya tidak ingat seragam tersebut milik institusi apa….

Sholat berjamaah pun selesai. Saya langsung beringsut ke ruangan perempuan untuk mengambil tas dan barang-barangnya anak-anak. Keluar dari ruangan, saya melihat salah satu jamaah yang berseragam hitam campur oranye yang berjalan mengarah pada saya. Saya dapat melihat tulisan di bagian depan seragamnya.

Masya Allah…. Mereka ini santri dari Ma’had Tahfidz Qur’an (MTQ) yang pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Sosialisasi Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di mana saya hadir sebagai salah satu narasumber. Saya yang saat ini juga semakin intens berinteraksi dengan Ma’had tersebut ternyata baru sadar bahwa hitam oranye adalah seragam milik Ma’had ini…

Allahu akbar!!!

Mereka yang menjadi relawan korban banjir di Paseban Kencong ini tetap melayani masyarakat dan tidak abai dengan waktu sholat. Saya ‘merinding’ karena merasa malu mengingat kerap kali menunda sholat meski adzan sudah lama berkumandang karena pekerjaan atau hal lainnya yang membuat saya memberi toleransi untuk menundanya.

Di dalam mobil, saya bilang ke suami, “Kayaknya di dekat-dekat sini ada Poskonya Relawan PKS deh…”.

Ternyata benar…

Berjarak kurang dari 1 kilometer, para relawan yang berjalan kaki ini menuju sebuah rumah yang di halamannya terdapat banner berlambang PKS.

“Barang-barang diturunkan di sini saja ya. Titipkan ke mereka untuk mendistribusikan….”, kata suami saya.

“Iya, enggak apa-apa…”jawab saya.

Saya kemudian ikut turun dan melihat sejumlah relawan berseragam hitam oranye membantu mengangkat kardus mie instan dan air mineral dari mobil saya. Saya kemudian mendatangi Ibu-Ibu yang berkumpul di sebuah rumah kecil di samping rumah besar yang menjadi tempat berkumpulnya para relawan.

Masya Allah… Tempat ini ternyata Dapur Umumnya para Relawan Pandu Keadilan. Para ummahat dan gadis muda yang bergabung dalam Santika bergantian memasak dan membuat nasi bungkus. Sebagian ada yang menimbang sembako…

Hufffhhhhttt…

Hari ini saya benar-benar ‘terpesona’ dan hanya bisa manggut-manggut bertemu para relawan di tempat ini. Pengalaman saya yang kerap mengikuti suami dalam kegiatan sosial bersama BSMI, rasanya saya belum pernah menemukan adanya pondok pesantren yang sampai mengirimkan santrinya untuk turun ke lapangan untuk membantu korban bencana alam. Salut untuk Ma’had yang satu ini…

Tentang mereka para relawan Pandu Keadilan, saya tidak terkejut bila bertemu mereka di lokasi bencana. Saya tahu mereka selalu hadir terdepan pada situasi-situasi seperti ini. Sahabat-sahabat saya di luar kota yang juga menjadi anggota Pandu Keadilan, kerap bercerita dan mengirimkan foto-foto kegiatan mereka. Yang membuat saya ‘terpesona’ dan manggut-manggut dari mereka kemarin adalah menyaksikan bahwa mereka tetap tertib sholat tepat waktu dan berjamaah kala dalam tugas melayani masyarakat korban banjir. Seharusnya saya tidak perlu kaget karena sebelumnya saya pun sering melihat foto-foto para Pandu Keadilan yang sholat berjamaah di tengah lapangan, di hutan, di pasir atau di mana saja ketika mereka bertugas. Tapi, baru kemarin saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana mereka memenuhi panggilan adzan dan kemudian menuju Mesjid untuk berjamaah ketika menjalankan tugas membantu korban banjir…

Satu lagi yang membuat saya ‘terpesona’ dan manggut-manggut adalah… Mmm… Bingung saya menuliskannya… Sudahlah… Semoga kunjungan Pandu Keadilan membantu masyarakat Kencong di tempat banjir semakin menyatukan ukhuwah bagi saudara-saudara muslim di Jember, Lumajang, dan daerah lain di Indonesia…

Perlahan, Posko dan Dapur Umum milik PKS itu pun menghilang dari cermin kaca mobil. Saya bersama anak-anak pun kemarin melanjutkan perjalanan menuju Balai Desa yang menjadi Posko Kesehatan untuk menemani suami meninjau stok obat dan para mahasiswa Kedokteran yang diturunkan untuk menjadi relawan kesehatan dari korban banjir di Kencong…

    Catatan: Jika teman-teman ada  yang berkenan berdonasi, sila transfer bantuanny ke Rek BNI Nomor 0261672883 a.n Hizbullah Huda… Atau ke Bank Syariah Mandiri (BSM) Nomor 0810211165 a.n Tamkin Institute… Jangan lupa tulis pesan KORBAN BANJIR KENCONG…

Oleh Khairunnisa Musari

*sumber: Kompasiana

No comments:

Post a Comment