Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) mendesak Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) untuk memeriksa Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) dan Sekjen Edhie Baskoro (Ibas). Pemeriksaan
mereka ini untuk kasus dugaan korupsi Hambalang yang melilit Anas
Urbaningrum.
Desakan itu dilayangkan ormas bentukan mantan Ketua Umum DPP Demokrat,
karena KPK telah memeriksa Marzuki Alie dan memanggil Max Sopacua.
Pemeriksaan mereka ini, terkait dengan aliran dana ke Kongres Demokrat
di Bandung pada pertengahan 2010 lalu. Max merupakan Ketua Tim Sukses
kandidat ketum saat itu, Marzuki Alie.
“Max Sopacua (diperiksa) bagus, karena dia Ketua Tim Sukses Marzuki
Alie. Tetapi kalau mengenai kongres, semua harus dipanggil, termasuk
Ibas dan SBY. Ini untuk mengetahui dana Kongres Demokrat di Bandung pada
2010 lalu,” kata pengurus DPP PPI, Carel Ticualu dalam jumpa pers di
Jakarta, Rabu (23/10).
Carel yang juga anggota tim penasihat hukum Anas itu, menilai bahwa KPK
harus segera memeriksa kliennya, baik sebagai saksi atau tersangka
kasus Hambalang. Apalagi, jika itu terkait dengan dugaan aliran dana ke
kongres. Sebab, tim penyidik telah memeriksa Max, Marzuki, Choel
Mallarangeng dan Tri Dianto. “Anas juga harus (diperiksa), kalau
landasannya Nazaruddin,” tegasnya.
Terkait dengan penanganan kasus Hambalang, jelas Carel, KPK belum
memeriksa Anas sebagai tersangka hingga kini. Hal itu pun dianggapnya
menandakan bahwa KPK tidak cukup bukti untuk menyangkakan Anas menerima
gratifikasi dari proyek Hambalang.
“Saya melihat unsur penetapan Anas sebagai tersangka itu, sangat lemah.
Kami menantang KPK, kalau telah memiliki dua alat bukti segera limpahkan
ke pengadilan. Kami siap saja, tetapi KPK yang sepertinya tidak siap,
karena buktinya lemah,” katanya.
Seperti diketahui, Muhammad Nazaruddin yang juga mantan Bendahara Umum
(Bendum) DPP Partai Demokrat, meyakini adanya aliran dana yang berasal
dari proyek Hambalang ke Kongres Demokrat. Aliran dana itu berasal dari
proyek yang ditangani sejumlah perusahaan di bawah Permai Grup, yang
dikelola Nazaruddin bersama Anas. (suaranews)
No comments:
Post a Comment