Oleh Mangaraja Halongonan Hrp*
A. Abu Bakr sang Mu’ashil (pemelihara orisinalitas dakwah) dan Umar Bin Khattab sang Mutathwir (pengembang dakwah)
Penulis:
Mangaraja Halongonan Hrp, S.Pdi (Sang Dhaif) | Kompasiana
Tulisan
ini merupakan telaah terhadap tantangan dan hambatan yang dialami oleh
fase-fase dakwah yang hendak berkembang. Islam setelah diteriakkan dan
bendera dikibarkan tidak pernah henti-hentinya untuk dihina dan dicaci
maki oleh musuh-musuhnya. Sebab itu penulis ingin bersama-sama pembaca
menilik perjalanan dakwah melalui tulisan ini.
Penulis
mengatakan adalah orang yang masih lemah pemahamannya terhadap dakwah
ini, karena dalam tulisan ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Namun saya hanya ingin mengetahui dan ingin belajar dan
berbagi terhadap antum tentang tajribiyah (pengalaman) dakwah dari masa
ke masa. Yaitu tentang Visi dan Misi Dakwah Islamiyah ketika Rasulullah
wafat. Penulis ingin menyampaikan kisah tentang Dakwah
Khalifaurrasyidin (Abu Bakr dan Umar Bin Khattab), Kisah Dakwah Ikhwanul
Muslimin (Hasan Al-Banna dan para sahabatnya) dan Kisah Dakwah Tarbiyah
Hizbul Adalah Wassalamah (PKS di Indonesia).
A. Abu Bakr sang Mu’ashil (pemelihara orisinalitas dakwah) dan Umar Bin Khattab sang Mutathwir (pengembang dakwah)
Dua
sahabat yang sangat mulia yaitu Abu Bakar Siddiq dan Umar Bin Khattab.
Sahabat rasulullah yang beliau sebutkan dalam haditsnya “Seandainya
Pahala 2 sahabatku ini (Abu Bakr dan Umar) ditimbang dengan pahala
umatku sedunia niscaya tidak akan mampu untuk menandinginya”.
Ketika
rasulullah dijemput sang khaliq untuk kembali kepangkuannya, umat islam
merasakan kegoncangan, sedih, kecewa, putus asa antara percaya dan
tidak percaya terhadap kondisi yang telah menimpa mereka. Para sahabat
rasulullah ada yang sudah mulai berkelompok-kelompok sehingga antar satu
kelompok dengan kelompok yang lain mulai berbeda atau tidak saling
percaya. Namun diantara mereka masih ada beberapa sahabat yang pemahaman
dakwahnya masih ta’shil (orisinal), sehingga mereka dengan giatnya
untuk menyatukan umat islam kembali sebelum rasulullah dimakamkan, yaitu
Sahabat Abu Bakar Assiddiq, Umar Bin Khattab dan Abu Ubaidah Aljarrah.
Singkatnya,
terpilihlah sahabat Abu Bakar menjadi Khalifah pertama setelah
rasulullah wafat. Kejadian ini sangat terasa sedih dan terpukul sekali
bagi umat islam, dimana mereka kehilangan sosok rasul (teladan) bagi
mereka, karena kejadian yang menimpa ini ada diantara para sahabat yang
tidak mau lagi seutuhnya menjalankan syariat islam, ada yang tidak patuh
pada khalifah terpilih, lalu diantara mereka ada yang membangkang. Apa
yang terjadi seandainya permasalahan ini terus berlanjut, dibiarkan
begitu saja sehingga dakwah mulai hilang, dan yang terjadi hanyalah
peperangan antar umat islam. Sang khalifah Abu Bakar As-Siddiq tidak
tinggal diam, dengan tegas beliau mengatakan kepada sahabatnya Umar Bin
Khattab, perangi mereka yang tidak mau membayar zakat, hancurkan mereka
yang mengaku sebagai nabi apalagi yang tidak patuh pada pemimpin.
Sahabat Umar Bin Khattab terkejut mendengar perintah khalifah, lalu ia
bertanya, “wahai khalifah, mereka itu adalah saudara kita, lantas kenapa
mereka harus kita bunuh. Bukankah itu menyalahi aturan? Khalifah
menjawab, “wahai Umar Bin Khattab, dimanakah keberanianmu yang dulu itu.
Jikalau engkau tidak mau untuk memerangi mereka, hari ini selagi aku
masih bisa menggenggam pedang ini dan menunggangi kuda maka aku sendiri
yang akan turun untuk memerangi mereka sehingga tidak ada lagi fitnah
dalam umat islam.” Sang khalifah yang begitu lembut, bisa menjadi tegas
dan bijaksana, yang akhirnya umat islam kembali bersatu. Intinya
perjuangan sahabat Abu Bakar adalah memperjuangkan tentang Ta’shil
Dakwah (Orisinalitas Dakwah), keaslian dakwah. Sehingga umat islam itu
tidak boleh bercerai berai, harus bersatu dalam menjalankan syariat
islam permukaan bumi ini. Adapun masa kerja Khalifah Abu Bakar As Siddiq
adalah 2 tahun 3 bulan dan semua program kerjanya yaitu memelihara
orisinalitas dakwah berjalan dengan baik dan sempurna, dan pada saat ini
umat islam telah menjadi wahdatul islamiyah (islam yang satu) dan ini
ditandai dengan kebangkitan umat islam.
Lalu
bagaimana dengan Khalifah Umar Bin Khattab? Setelah masa kerja khalifah
umar bin khattab berjalan dengan sempurna, kepemimpinan Umar Bin
Khattab ditandai dengan Masa Tathwir (pengembangan). Khalifah
melanjutkan perjuangan yang dilakukan oleh rasulullah yaitu menyebarkan
islam keberbagai penjuru sehingga islam bertumbuh dan berkembang dengan
pesat, sampai mesjid al-aqsha direbut kembali umat islam setelah beribu
tahun lamanya dikuasai oleh orang-orang yahudi. Dan perjuangan untuk
merebut al-aqsha (alquds/tempat suci bagi umat islam) itu diraih dengan
mudah tanpa peperangan sedikitpun, hanya melalui lobi dan negosiasi
sehingga umar bin khattab dikagumi oleh orang-orang yahudi dan nasrani.
Masa kerja Umar Bin Khattab selama menjadi khalifah 10 tahun dan puncak
kejayaan islam terjadi pada masa Umar Bin Khattab, perjuangan beliau
tidak lepas dari perjuangan yang telah didahului oleh khalifah abu bakar
as-siddiq menuju wahdatul islamiyah.
Bila
kita mencermati kepemimpinan khalifah Abu Bakr As-siddiq
radhiyallahu’anhu mencerminkan visi ta’shil (pemeliharaan
orisinalitas), sedangkan kepemimpinan Khalifah Umar Radhiyallahu’anhu
mencerminkan visi tathwir (pengembangan). Ta’shil dan Tathwir adalah
sebuah wacana tentang Visi dan Misi Dakwah Islamiyah. Dan kejadian
tersebut selalu berlaku setiap zamannya, dan disetiap zaman itu pasti
ada yang memecahkan masalahnya.
B.
Ikhwanul Muslimin (Hasan al-Hudaibi, Hamid Abun Nasr, Mustafa Masyhur,
Sayyid Qutub dan Muhammad Qutub Sang Mu’ashil “pemelihara orisinalitas”
dan Umar Tilmisani, Yusuf Qardhawi, Muhammad Al-Ghazali Sang Mutathwir
“pengembang”)
Mari
kita menilik kembali bagaimana peliknya gambaran dakwah Ikhwanul
Muslimin yang pendirinya ialah Hasan Al-Banna. Pada suatu hari, saat
penjara-penjara Mesir benar-benar berubah menjadi madzhabah (pejagalan)
dalam arti harfiyah, seorang opsir membawa Mushtafa Masyhur muda bersama
seorang anggota usrahnya yang tak hilang-hilang gemetar dan
kengeriannya melihat penyiksaan yang diluar batas khayalan manusia. Ya
Naqib (pimpinan grup), bagaimana nasib kita bila mereka lemparkan kita
ke sarang srigala lapar atau lubang busuk tanpa kehidupan? Dengan mantap
Mushtafa Masyhur menjawab: “Mereka dapat membuang kita ketempat manapun
yang kita takuti, namun ketahuilah mereka takkan mampu membuang kita
ketempat yang tak ada Allah.”
Kondisi
para kader ikhwanul muslimin sangat mengkhawatirkan, karena pemimpinnya
(Hasan Albanna) telah meninggal dibunuh, kemudian api fitnah
disemburkan, tuduhan terhadap jamaah ini digencarkan sehingga para
kadernya ikhwanul muslimin ada yang bertahan dan ada yang keluar dari
jama’ah. Namun Hasan Al-Hudaibi, sebagai pemimpinnya tetap memberikan
semangat kepada para kadernya, melakukan kunjungan, pro-aktif dalam
menyatukan umat islam, sehingga jamaah ikhwanul tetap berlanjut. Masa
kepemimpinan beliau bermacam fitnah digencarkan kepada jamaahnya,
jamaah ini diprovokasi terhadap jamaah islam lainnya, sehingga jamaah
yang lain berbondong-bondong untuk mencaci maki jamaah ikhwanul
muslimin. Karena provokasi tersebut banyak para kader yang tidak tahan
dan ingin melakukan perlawanan kepada jamaah yang memfitnah ikhwanul
muslimin, namun sang mursyid ‘am Hasan al-Hudaibi dengan tegas
mengingatkan para kadernya Nahnu Duatun la Qudlah (Kami Dai, bukan
Hakim). Setelah beliau Hamid Abun Nasr dan Syaikh Mushtafa Masyhur yang
melanjutkan kepemimpinan ikhwanul muslimin. Namun kita lebih menarik
untuk menceritakan kepemimpinan masa Syaikh Mustafa Masyhur, sebab
rujukan tulisan ini adalah Fiqh Dakwah Jilid I.
Pada
kepemimpinan beliau lagi-lagi Ikhwanul Muslimin kembali diuji tentang
orisinalitas dakwahnya, yaitu tuduhan tentang ashalah dakwah dan modal
untuk berdakwah. Tuduhan itu digencarkan oleh orang-orang yang benci
terhadap gerakan ikhwanul muslimin, sangkin gencarnya tuduhan itu terbit
disalah satu koran/media di Mesir yang bertajuk “Apakah Ikhwan dan para
pemimpinnya hari ini telah menyimpang dari jalan yang ditempuh Assyahid
Hasal Al-Banna rahimahullah)?” Mushtafa Masyhur menjawab: Nampaknya
wallahu a‘lam ada kalangan yang karena tujuan-tujuan pribadi ingin
menebarkan keraguan terhadap jamaah secara keseluruhan dan malu untuk
terus terang menaburkan keraguan terhadap perjalanan Hasan Al-Banna agar
tak nampak niatnya. Maka mereka katakan ikhwan hari ini telah
menyimpang dari garis perjuangan Hasal Al-Banna. Dengan jawaban yang
singkat dan padat ini gugurlah tuduhan untuk menjatuhkan ikhwanul
muslimin dan pengikutnya. Kemudian tentang kemandirian modal, banyak
kalangan yang benci dan ragu terhadap gerakan ikhwanul muslimin. Mereka
meragukan kemandirian modal yang dimiliki ikhwanul muslimin, dari
keraguan mereka diantaranya mengatakan, “Dari mana ikhwan membiayai
dakwah ini. Suatu anggaran yang sangat besar yang orang-orang kaya saja
tak mampu menanggungnya, terlebih orang-orang miskin? Syaikh Mushtafa
Masyhur dengan tegas membuat tajuk Harta Bersumber Dari Kantung Para Dai
saja. Inilah yang kemudian menjadi jargon dakwah yang sangat populer
Shunduquna Juyubhuna (Brankas kita adalah kantung kita sendiri). dan ini
pula yang ditulis oleh mursyid dan murabbinya sebelum ia tulis risalah
pergerakan ikhwanul muslimin.
Mereka
kita sebut sebagai ta’shil dakwah (pemelihara orisinalitas dakwah),
sebab karena langkah, kebijakan dan keistiqamahan mereka bersama dakwah
membuat dakwah tersebut terus berlanjut hingga berkembang yang
dilanjutkan oleh para generasinya.
Selanjutnya
para tathwir (pengembang dakwah), yaitu Umar Tilmisani, Yusuf Qardhawi
dan Muhammad Al-Ghazali. Mereka bergeliat berdakwah ke negara lain untuk
menyebarkan murni ajaran islam keberbagai belahan saudi arabia.
Seandainya mereka tetap bertahan di Mesir, maka dakwah akan mengalami
stagnan atau tetap dan tidak akan berkembang. Dan mereka juga akan
mengalami penyiksaan dari penguasa mesir dan penjajah inggris, sehingga
dakwah wahdatul islamiyah akan terhenti sampai di Mesir. Namun dengan
ijtihad syaikh Yusuf Qardhawi dan Muhammad Al-Ghazali yang luar biasa
yaitu menyebarkan ajaran islam ke negara lain, akhirnya dakwah terus
bertumbuh dan berkembang. Kelompok-kelompok ikhwanul muslimin semakin
banyak bertumbuh dan berkembang di luar negara mesir. Mereka ini kita
sebut sebagai tathwir (pengembang dakwah)
C.
PK dan PKS di Indonesia (Nurmahmudi Ismail, Hidayat Nurwahid, Tifatul
Sembiring “Sang Mu’ashil”, Luthfi Hasan Ishak dan Muhammad Anis Matta
“Sang Tathwir”)
Ketika
pertama kali Partai Keadilan dideklarasikan presiden pertamanya adalah
Nurmahmudi Ismail, partai ini banyak mendapat simpatik dari khalayak
masyarakat karena pendiri-pendiri partai, pemimpin-pemimpinnya dan
kader-kadernya adalah anak-anak muda. Sejak Partai Keadilan
dideklarasikan Tahun 1998 bersamaan dengan setelah reformasi, maka pada
tahun 1999 Partai Keadilan mengikuti Pemilihan Umum. Namun pada saat itu
para kader Partai Keadilan yang duduk dikursi parlemen belum
mendominasi sehingga dalam membuat kebijakan para kadernya belum bisa
mengusulkan kebijakan-kebijakan yang pro dengan rakyatnya. Menteri yang
masuk dalam kabinet masih satu yaitu Pak Ir Nur Mahmudi Ismail, setelah
itu kepemimpinan partai dipimpin oleh Ustadz Dr.Hidayat Nurwahid.
Pada
tahun 2003 Partai Keadilan berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera,
sebab pada pemilu 2004 Partai Keadilan tidak bisa mengikuti pemilihan
umum karena kurang electoral treeshold yang membuat PK tidak bisa ikut
Pemilu. Akan tetapi, langkah para kadernya tidak terhenti walaupun tidak
bisa ikut pemilu namun karena semangat muda yang menggelora mereka
merubah Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang
dipimpin sementara oleh ustadz Al-Muzammil Yusuf. Setelah Musyawarah
Nasional I (Munas I) terpilih ustadz Dr.Hidayat Nurwahid menjadi
presiden partai keadilan sejahtera. Pada tahun 2004 Ustadz Hidayat
Nurwahid terpilih menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia (MPR RI), dan digantikan oleh Ustadz Ir. Tifatul Sembiring.
Dalam kepemimpinan ustadz Tifatul Sembiring banyak provokasi dan
fitnahan kepadanya dan kepada partainya. Tuduhan dan fitnahan tersebut
membuat sebagian para kadernya keluar dari jamaah karena mereka berpikir
bahwa asholah dakwah tidak lagi sesuai jalurnya. Namun karena ketegasan
dan ketegaran ustadz Tifatul jamaah dakwah ini tetap bertahan, kemudian
kesolidan dan ukhuwah para kadernya sehingga menimbulkan rasa cinta
untuk bersama-sama dalam menegakkan dakwah ilallah. Selain permasalahan
juga timbul dari internal, permasalahan datang juga dari luar eksternal.
Dimana menteri pertanian dari PKS yaitu Bapak Anton di fitnah dengan
berbagai tuduhan sehingga kadernya merasa kecewa dan para simpatisan
kader juga banyak yang mundur.
Begitulah
tuduhan dan fitnahan yang mereka teriakkan kepada publik melalui
media-media yang mereka miliki dan kuasai. Namun malah yang terjadi
adalah sebaliknya, suara PKS tahun 2009 nomor urut 4 terbanyak setelah
PD, PDIP, Golkar. Fitnahan dan tuduhan itu tidak mempunyai arti sendiri
bagi PKS untuk menyudutkan dan menjatuhkannya walaupun mereka tidak
memiliki media, koran atau sebagainya.
Kenapa
mereka membenci PKS? Apa yang membuat mereka selalu ingin menjatuhkan
PKS? Mungkin pertanyaan ini sudah terjawab dalam diri kita, karena
tujuan PKS adalah Hadharah Islamiyah/ustadziyatul ‘alam (peradaban
islam/peradaban dunia). Semoga fitnahan dan tuduhan tersebut terus
berlanjut sehingga kader PKS selalu bersikap bersiap-siap dan
bersemangat. Dan pada fase ini kita sebut mereka sebagai ta’shil
(pemelihara orisinalitas) karena keistiqamahannya dalam dakwah keteguhan
mereka membuat dakwah ini masih terus berlanjut dan berkembang hingga
saat ini.
Kemudian,
kita masuk pada masa kerja tathwir (pengembang) yaitu kepemimpinan
ustadz Luthfi Hasan Ishak, dan ustadz Muhammad Anis Matta. Ustadz
Tifatul Sembiring diangkat menjadi Menteri Komunikasi dan Informasi
(Menkominfo), ustadz Luthfi diangkat menjadi presiden PKS dan setelah
Musyawarah Nasional II dilaksanakan akhirnya yang terpilih ustadz Luthfi
Hasan Ishak. Konsep kepemimpinan beliau menjadi partai terbuka, dimana
orang yang beragama kristen, hindu, budha dan selainnya boleh bergabung
dengan Partai Keadilan Sejahtera. Namun banyak kalangan, organisasi atau
selainnya menghujat PKS, menghina dan ada sebagian mengatakan bahwa PKS
tidak lagi islam. Namun semua itu bisa ditepis oleh sang kiyadah ustadz
Luthfi Hasan Ishak. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.
Dan
pada tahun 2013 atau disebut sebagai tahun politik, Ustadz LHI difitnah
dengan isu kasus suap impor daging sapi dan dituduh dengan bermain
perempuan karena ahmad fathanah yang mengaku sebagai asistennya
tertangkap bersama seorang wanita. Walaupun fitnahan dan tuduhan itu
tidak pernah terbukti hingga saat ini, ustadz LHI masih saja ditahan
oleh KPK. Bahkan karena isu terkait kasus suap impor daging tidak
terbukti, isu yang kasus pencucian uang malah digencarkan di media. Ini
adalah fitnahan dan tuduhan yang sangat menyakitkan bagi kader PKS.
Setelah
ustadz LHI ditetapkan sebagai tersangka, Ustadz Muhammad Anis Matta
ditetapkan sebagai Presiden PKS. Fitnahan dan tuduhan ini adalah hal
yang paling menyakitkan bagi ustadz Anis dan para kadernya. Karena isu
ini bersamaan dengan pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Pemilihan
Gubernur Sumatera Utara yang kader PKS maju dalam pemilihan tersebut.
Lawan politik mereka memanfaatkan momen ini untuk menjatuhkan calon yang
maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Sumatera Utara dengan
kasus suap impor daging.
Anis
Matta setelah menyampaikan orasi pertamanya dalam konferensi pers yang
diadakan di Kantor DPP PKS sangat membangkitkan semangat dan gairah para
kadernya untuk melakukan taubat nasional dan tetap bersatu dalam
jamaah, meningkatkan persaudaraan, menumbuhkan cinta dalam berjamaah.
Setelah ia berorasi, ia kembali melakukan safari dakwah ke Jawa Barat
untuk memompa semangat para kadernya dalam memenangkan pemilihan
Gubernur. Kemudian beliau melakukan safari dakwahnya ke Sumatera Utara,
juga untuk memompa semangat para kadernya. Setelah itu beliau melakukan
roadsahow dengan bertujuan untuk melakukan konsolidasi antara pengurus
DPP dengan Pengurus DPW dan DPD dalam beberapa provinsi. Strategi beliau
ini juga tidak lepas dalam hal ta’shil (pemeliharaan orisinalitas
dakwah) dan tathwir (pengembangan dakwah) untuk memenangkan partai ini
dalam event setiap pemilihan Gubernur dan pemilihan kepala daerah.
Presiden
Muhammad Anis Matta belakangan ini sering disebut sebagai Soekarno Muda
karena kepandaian dan kelihaiannya dalam menyampaikan orasi pidatonya.
Dan ini sudah terbukti karena kedua calon gubernur telah dimenangkan
oleh kadernya, dan beberapa kepala daerah sebab beliau berhasil
membangunkan macan tidur PKS. Oleh karena itu, para pengamat, analisis
dan media menyebutnya sebagai soekarno muda, ada yang mengatakan
bagaikan matahari disiang hari, dan sebagainya. Yang akhirnya karena
dengan bijaknya ia muncullah sebuah jargon yaitu Mission is Nothing
Imposible. Puncak keberhasilannya dalam hal ta’shil dan tathwir adalah
ia berhasil membuat acara Rapimnas PKS dan Milad PKS di Lawung Sewu
salah satu tempat mitos di daerah Jawa Tengah yang juga bertujuan untuk
menembus mitos satu wilayah satu partai dalam hal memenangkan calon yang
didukung oleh PKS dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah. Banyak hal
positif yang sangat menarik untuk dituliskan tentang kepribadian beliau
baik sebelum menjadi presiden PKS maupun sesudah menjadi presiden Partai
Keadilan Sejahtera. Oleh karena itu, sangatlah pantas sekali kita
menyebutkan Ustadz Muhammad Anis Matta, L.c sebagai sang ta’shil dan
sang tathwir di era dakwah masa kini.
Situasi
dan kondisi antara masa Abu Bakr dan Umar Bin Khattab, Ikhwanul
Muslimin dan PKS di Indonesia sangat jauh berbeda, namun ada persamaan
antara tiga masa tersebut, yaitu dalam hal tsawabitnya. Tsawabitnya
ialah dalam hal memperjuangkan akidah ilallah dan dakwah rasulullah.
Karena dakwah bukan hanya tugas seorang rasul namun semuat umat islam.
Dengan demikian, sewajarnya kita umat islam saling bergandengan tangan
untuk mendukung Ustadz Muhammad Anis Matta mewujudkan peradaban islam di
permukaan bumi ini sehingga tidak ada lagi fitnah yang tersebar
diantara sesama umat manusia. []
Penulis:
Mangaraja Halongonan Hrp, S.Pdi (Sang Dhaif) | Kompasiana
No comments:
Post a Comment